Scroll untuk baca artikel
scroll mobile
banner ping kiri 120x600
banner kuping kanan120x600
banner1

Reputasi dan Integritas dalam Perspektif Filsafat Jawa dan Kuno terhadap Bangkrutnya Bank Artha Jepara

Foto Djoko TP ODGJ
Ilustrasi Reputasi dan Integritas dalam Perspektif Filsafat Jawa dan Kuno terhadap Bangkrutnya Bank Artha Jepara
bawah headline

Buliran.com - Bangkrutnya Bank Artha Jepara bukan sekadar persoalan ekonomi atau manajemen keuangan yang buruk, tetapi juga mencerminkan hilangnya integritas dan runtuhnya reputasi. Dalam filosofi Jawa dan filsafat kuno, reputasi dan integritas adalah dua aspek yang harus dijaga dengan keselarasan antara ucapan, tindakan, dan moralitas.

1. Reputasi: Warisan yang Rapuh tanpa Integritasi

Dalam falsafah Jawa, "Ajining Diri Gumantung Ing Lathi, Ajining Raga Gumantung Ing Busana", yang berarti bahwa harga diri seseorang tergantung pada ucapannya, dan penampilan tergantung pada cara berpakaian. Dalam konteks ini, bank sebagai lembaga keuangan memiliki reputasi yang dibangun dari kepercayaan masyarakat. Namun, ketika kata-kata tidak lagi mencerminkan kenyataan dan tindakan menyimpang dari prinsip moral, maka reputasi yang tampak megah sebenarnya hanya ilusi yang rapuh.

Advertisement
scrol dalam berita
Scroll kebawah untuk lihat konten
Peringatan ini sejalan dengan "Becik Ketitik, Ala Ketara", yang berarti bahwa kebenaran akan tampak, dan keburukan pada akhirnya akan terbongkar. Jika sebuah bank menjanjikan keamanan, stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi kepada nasabahnya tetapi diam-diam melakukan praktik yang tidak sehat, maka cepat atau lambat keburukan tersebut akan muncul.

Filsafat kuno juga mengajarkan "Resi tanpa Tapabrata, Ratu tanpa Kawibawan", yang menggambarkan seorang pemimpin tanpa kebijaksanaan atau wibawa. Jika sebuah bank dikelola oleh orang-orang yang hanya mengejar keuntungan tanpa memahami tanggung jawab sosial dan moralnya, maka kehancuran menjadi keniscayaan.

dibawah pilihan editor
vertikal dalam kontent
Bagikan

Opini lainnya
Terkini