Buliran.com - Bangkrutnya Bank Artha Jepara bukan sekadar persoalan ekonomi atau manajemen keuangan yang buruk, tetapi juga mencerminkan hilangnya integritas dan runtuhnya reputasi. Dalam filosofi Jawa dan filsafat kuno, reputasi dan integritas adalah dua aspek yang harus dijaga dengan keselarasan antara ucapan, tindakan, dan moralitas.
1. Reputasi: Warisan yang Rapuh tanpa Integritasi
Dalam falsafah Jawa, "Ajining Diri Gumantung Ing Lathi, Ajining Raga Gumantung Ing Busana", yang berarti bahwa harga diri seseorang tergantung pada ucapannya, dan penampilan tergantung pada cara berpakaian. Dalam konteks ini, bank sebagai lembaga keuangan memiliki reputasi yang dibangun dari kepercayaan masyarakat. Namun, ketika kata-kata tidak lagi mencerminkan kenyataan dan tindakan menyimpang dari prinsip moral, maka reputasi yang tampak megah sebenarnya hanya ilusi yang rapuh.
Filsafat kuno juga mengajarkan "Resi tanpa Tapabrata, Ratu tanpa Kawibawan", yang menggambarkan seorang pemimpin tanpa kebijaksanaan atau wibawa. Jika sebuah bank dikelola oleh orang-orang yang hanya mengejar keuntungan tanpa memahami tanggung jawab sosial dan moralnya, maka kehancuran menjadi keniscayaan.