Scroll untuk baca artikel
banner ping kiri 120x600
banner kuping kanan120x600
banner1

Isu Tambang Ilegal kembali mencuat, LAMI Kalteng: Tolong bedakan masyarakat setempat dengan pemodal besar

Ilustrasi tambang ilegal
Ilustrasi tambang ilegal
bawah headline

Tanggapan atas adanya perintah penertiban tambang rakyat wilayah hampalit kabupaten katingan dan wilayah sepang kecamatan Gunung Mas Kembali muncul.

Kali ini tanggapan tersebut datang dari Pimpinan Daerah Lembaga Aspirasi Masyarakat Indonesia (DPD-LAMI) Kalimantan Tengah.

Ketua DPD LAMI Kalimantan Tengah, Marliansyah mengaku pihaknya turut terkejut atas rencana penindakan yang mendadak tersebut, sehingga dirinya berharap agar pihak DLH Kalteng tidak serta merta tergesa-gesa.

“Kami merasa terkejut, semoga saja DLH Kalteng tidak tergesa-gesa dalam melakukan penindakan” ungkapnya.

Menurut Marliansyah, praktik ini sesungguhnya sudah lama berjalan, akan tetapi hal ini seolah-olah seperti masalah baru yang harus segera ditangani secara ekstrim.

Advertisement
scrol dalam berita
Scroll kebawah untuk lihat konten
“Jangan bertindak ekstrim, lakukan kajian mendalam terlebih dahulu, yang terpenting tolong dipilah antara pemain besar atau pebisnis yang memainkan alat berat dengan masyarakat sekitar yang manual atau tradisional, kalau pemain besar yang menggunakan alat berat silahkan ditertibkan, tapi yang tradisional tolong jangan dulu, sampai ada kebijakan lain dari pemerintah yang dapat menjadi alternatif bagi mereka” ungkapnya.

Kemudian menurutnya bahwa terjadinya masalah ini akibat masyarakat kalteng sulit mendapatkan pekerjaan yang layak, minimnya akses ke sumber usaha dan harga komoditas lokal seperti karet dan rotan tidak mampu mengimbangi harga kebutuhan sehari-hari.

“Kenapa tambang illegal ini seperti menjamur, ini dikarenakan tidak ada pilihan lain, hal ini terjadi karena ternyata program pemerintah tidak mampu membuka lapangan pekerjaan yang layak, khsusnya meningkatkan harga komoditas lokal, seperti karet dan rotan, tapi setiap kali isu tambang illegal mencuat, ujung-ujungnya masyarakat sekitar yang disalahkan, bahkan menjadi tumbal “ tambahnya.

“Kita berbicara begini karena tau persis berapa banyak sudah anggaran yang dikelola pemerintah untuk mendorong kemajuan ekonomi di Kalteng ini, sudah berapa puluh tahun proyek-proyek berjalan, tapi hasilnya apa? Lalu setiap ada isu kerusakan ekosistem, kerusakan hutan, lagi-lagi masyarakat yang disalahkan” lanjutnya.

Editor : Redaktur Buliran
dibawah pilihan editor
vertikal dalam kontent
Bagikan

Berita Terkait
Terkini