Polri Janji tak Reaktif terhadap Mural

Polri Janji tak Reaktif terhadap Mural
Polri Janji tak Reaktif terhadap Mural

Tulisan ‘Tuhan Aku Lapar’ lantas dibuat pada malam harinya di sebuah tembok di Jalan Aria Santika, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Lokasi tersebut merupakan tempat biasa mereka berkarya dan dianggap strategis dalam menyuarakan aspirasi melalui karya.“Beberapa dari kami mulai patungan untuk membeli alat dan bahan yang nggak seberapa. Jam 22.00 WIB kami berkumpul di tempat yang sudah kami janjikan, dengan protokol kesehatan seketat mungkin,” tuturnya.

Setelah mural selesai, beberapa hari kemudian, tim pemural dari Komunitas HSC menyebarluaskan hasil mural mereka di media sosial agar pesan dari karya tersebut dapat tersampaikan kepada publik. Karya itu pun akhirnya viral. Namun, kabar mengejutkan mereka dengar bahwa dilakukan penghapusan mural oleh pihak kepolisian.“Kami dapat kabar, karya kami langsung dihapus oleh orang yang diduga aparat setempat. Tengah malamnya anggota kami ada yang disambangi rumahnya untuk dimintai datang membuat keterangan,” ujarnya.

Keesokan harinya, polisi bersama dengan perangkat desa mendatangi dua anggota komunitas HSC yang diinfokan hendak memberikan bantuan sosial (bansos) serta melakukan dokumentasi. Dalam kunjungan itu, kedua seniman dimintai klarifikasi dan penjelasan mengenai maksud dari pembuatan mural. Mereka pun menjawab tidak ada maksud apapun dan tidak ada niat menyinggung pihak manapun.Lantas para seniman mendatangi markas Polresta Tangerang untuk melakukan musyawarah lebih lanjut, dibantu oleh aktivis setempat. “Dan kelanjutannya, aparat memberikan bansos, seakan-akan kami yang merasa kelaparan. Kejadian ini membuat kami sebagai seniman sangat tertekan karena merasa disudutkan,” ungkapnya.

Dengan dihapuskannya mural serta pemberian bansos kepada pemural, permasalahan tersebut dinilai sudah selesai. Namun, sumber menyebut, atas kejadian itu, ruang gerak para seniman menjadi terbatas.“Kami menjadi takut mengulangi kejadian yang sebelumnya. Karena kami tidak tahu konteks gambar kami apakah akan menyinggung atau tidak, kami hanya berkarya sesuai hati kami saja,” tuturnya.

Atas kejadian itu pula, para seniman menilai aparat kepolisian berlebihan dalam bersikap menanggapi karya mural. Sebab, mural bertuliskan ‘Tuhan Aku Lapar’ semata hanya representasi kondisi masyarakat saat ini di tengah pandemi Covid-19.Diketahui, mural ‘Tuhan Aku Lapar’ yang tertera di tembok di Jalan Aria Santika, Tigaraksa viral di media sosial pada 24 Juli lalu. Setelah viral, petugas menghapus tulisan dengan huruf kapital berwarna putih sepanjang 12 meter tersebut.

Menurut penuturan sumber, hal yang dialami seniman mural tersebut terjadi saat kondisi di Kabupaten Tangerang tengah hangat-hangatnya membahas soal bansos di masa pandemi Covid-19. (*/rep) 

Editor : Buliran News
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini