Buliran, Solsel - Masih melekat diingatan kita beberapa peristiwa yang sempat menjadi sorotan nasional dimulai dari terjadinya sebuah tragedi yang merenggut puluhan nyawa pekerja tambang di Solok, serta yang tidak kalah viralnya tragedi polisi tembak polisi yang katanya akibat persoalan galian C, namun faktanya beredar ditengah masyarakat pemicunya adalah persoalan Tambang emas.
Peristiwa yang sempat menghebohkan itu baru hitungan bulan, dan pihak kepolisian melalui Kapolri melakukan rolling beberapa petinggi kepolisian di wilayah hukum Polda Sumatera Barat, Kapolres Solok Selatan kala itu ditarik ke mabes Polri digantikan AKBP M Faisal Perdana yang sebelumnya menjabat sebagai Anjak Muda Bidang Propam Polda Sumbar.
Dibawah Kepemimpinan Kapolres yang baru ini masyarakat menggantungkan harapan agar polemik tambang di Solok Selatan bisa diberantas dan terselesaikan. Ujar salah seorang tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya.
Dari sumber yang dapat dipercaya dan hasil perjalanan yang dilakukan oleh awak media ke beberapa tempat di Solsel, masih ditemukan beberapa unit alat berat jenis exskavator berbagai merk dan kondisi baru yang tengah beroperasi melakukan penambangan dilokasi tersebut.
Lokasi yang berhasil disisir daerah Pamong dijumpai dua unit alat berat yang diduga milik SB warga Padang Aro dan di Muaro Simabu terdapat empat unit alat berat tiga diantaranya kondisi alat masih baru merk Cartepilar diduga milik IR warga Lubuk Malako.
Menjamurnya kembali kegiatan tambang emas yang tidak mengantongi izin ini diduga ada koordinasi dengan pihak APH. Ungkap sumber kepada media ini. Ini perlu ditindak tegas dan diberi efek jera, Ujar Saerang warga.
Ia menambahkan akibat kegiatan penambangan ini alam menjadi rusak keseimbangan ekosistim alam telah rusak parah akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab. pemerintah dan APH harus serius menangani persoalan ini. Tutup nya. (Red).
Editor : Buliran News