Apa Itu Snowplow Parents? Hindari Kebiasaan Ini!

Apa Itu Snowplow Parents? Hindari Kebiasaan Ini!
Apa Itu Snowplow Parents? Hindari Kebiasaan Ini!

Setiap orang tua tentu saja ingin yang terbaik untuk anak mereka. Namun, ada jenis orang tua yang cenderung terlalu protektif dan selalu turun tangan untuk memastikan anak mereka tidak menghadapi kesulitan atau ketidaknyamanan sedikit pun.

Ibarat seseorang yang membersihkan salju dari jalan sebelum anaknya melangkah, memastikan segalanya mulus tanpa hambatan.

Meskipun terdengar sangat menyayangi, gaya pendidikan ini bisa membawa dampak yang tidak selalu positif.

Mungkin sulit bagi seseorang untuk menghadapi tantangan di dunia nyata karena terbiasa memiliki seseorang yang selalu menyelesaikan masalah untuk mereka.

telah merangkum

1. Orangtua jadi protektif?

).

Pola asuh ini menggambarkan orangtua yang tidak hanya terlalu fokus pada kehidupan anak, tetapi juga terlalu melindungi mereka.

Tidak berhenti di situ. Pola asuh ini melanjutkan langkahnya dengan menggambarkan orangtua yang tidak hanya overprotektif, tetapi juga "berjuang" untuk anak-anak mereka.

Mereka cenderung menghalau semua rintangan, tantangan, atau masalah yang dihadapi anak, seolah-olah mereka adalah "buldoser" yang membersihkan jalan agar anak tidak perlu mengalami ketidaknyamanan.

Dalam

Pola asuh yang terlalu mengarahkan atau terlalu protektif dapat mengganggu kemampuan anak dalam menghadapi tantangan.

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh seperti itu cenderung tidak nyaman dengan rasa kekecewaan, sehingga kesulitan menyelesaikan tugas yang sulit secara mandiri.

Berikut beberapa dampak yang mungkin terjadi jika anak tidak terbiasa menghadapi tantangan:

3. Tanda orangtua memiliki sifat "snowplow"

:

1. Melakukan segalanya untuk anak karena "lebih cepat dan lebih mudah"

Orang tua sering mengambil alih pekerjaan anak dengan alasan lebih cepat atau mudah melakukannya sendiri. Misalnya, mengikat sepatu anak padahal mereka sudah bisa belajar melakukannya. Meski terlihat sepele, kebiasaan ini bisa membuat anak bergantung pada orang tua.

2. Terlalu terlibat dalam urusan sekolah anak.

Bapak/Ibu sering membantu si Kecil mengerjakan tugas sekolah, bahkan sampai mengerjakannya sendiri. Atau, Bapak/Ibu langsung menghubungi guru saat si Kecil mendapat nilai buruk. Seharusnya Bapak/Ibu membiasakan si Kecil untuk berusaha belajar dari kesalahan.

3. Mengatur segala hal untuk anak yang sudah kuliah

Sering kali mengambil alih tugas-tugas yang seharusnya dilakukan oleh anak sendiri.

Misalnya, mengingatkan mereka bangun untuk kelas, menjadwalkan janji dokter, atau bahkan menghubungi dosen untuk membahas nilai.

4. Selalu menjauhkan anak dari kegagalan

Orang tua berusaha keras agar si Kecil tidak pernah mengalami kekecewaan atau kegagalan. Padahal, kegagalan adalah bagian penting dari proses belajar dan tumbuh kembang.

5. Mengambil alih tanggung jawab orang tua

Orang tua cenderung mengambil alih tanggung jawab anak, seperti membersihkan kamar mereka, menyiapkan semua kebutuhan sekolah, atau bahkan memutuskan pilihan ekstrakurikuler tanpa melibatkan anak.

4. Dampak negatif parenting yang melambungkan anak pada perkembangan anak

Mungkin memberikan keleluasaan jangka pendek bagi orangtua, karena anak terhindar dari stres dan frustrasi. Namun, kebiasaan ini justru berdampak buruk pada perkembangan anak dalam jangka panjang, lho! Berikut dampak negatifnya:

1. Menghalangi perkembangan keterampilan anak

Dengan terus "membersihkan jalan" untuk anak, orangtua menghalangi mereka belajar mengelola stres, menghadapi kegagalan, dan mengambil keputusan. Padahal, hal itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

2. Membuat anak merasa tidak mampu

Anak yang selalu dibantu akan tumbuh dengan keyakinan bahwa mereka tidak bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan orangtua. Hal ini membuat mereka kurang percaya diri dan bergantung pada orang lain.

3. Anak kurang berkepandaian dalam mengambil keputusan

Mereka terus-menerus mengandalkan orangtua untuk menentukan pilihan, sehingga anak-anak kesulitan mengambil keputusan sendiri, bahkan untuk hal-hal yang paling sederhana.

4. Anak terbiasa selalu berhasil tanpa perlu berusaha

Karena semakin mudah, anak tidak belajar menghadapi tantangan atau kekecewaan. Akibatnya, mereka memiliki kemampuan mengatasi masalah yang kurang berkembang.

5. Kesulitan berinteraksi dan mencapai prestasi di sekolah

Mereka mungkin kesulitan menghadapinya. Mereka mungkin mengalami masalah dalam hubungan sosial atau prestasi akademis karena tidak terbiasa berusaha keras.

5. Cara menghindari pola asuh "snowplow"

Mungkin terasa membantu dalam jangka pendek, tapi bisa menghambat sifat mandiri pada anak. Berikut cara untuk menghindari pola asuh ini dan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang tangguh:

1. Jadi contoh yang baik

Anak belajar dari orangtua. Tunjukkan cara merespons stres dengan positif dan berbagi bagaimana Ibu mengatasi frustrasi atau kegagalan. Dengan melihat Ibu, anak akan meniru cara menghadapi tantangan.

2. Biarkan konsekuensi terjadi

Setiap aksi anak memiliki konsekuensi. Biarkan mereka merasakan dampaknya, baik positif maupun negatif. Ini membantu anak belajar menjadi lebih tangguh dan menyelesaikan masalah sendiri.

3. Dengarkan keinginan anak

Jangan selalu mengambil keputusan apa yang paling baik untuk anak tanpa mendengarkan pendapat mereka. Berikan waktu untuk memahami keinginan dan tujuan mereka. Biarkan mereka mencoba dan gagal dalam mencapai tujuan mereka, karena kegagalan adalah bagian dari proses belajar.

4. Puji usaha, bukan hanya hasil

Berfokuslah pada kesuksesan anak, tapi lebih baik lagi jika kamu menghargai usaha dan proses yang telah ditempuhnya. Ini akan membantu mereka menyadari bahwa perjalanan dan proses belajar lebih penting daripada hanya hasil yang dicapai.

5. Tidak perlu langsung memperbaiki masalah mereka

Jangan terburu-buru membantu anak saat mereka menghadapi masalah. Ajarkan mereka cara memecahkan masalah dan mengambil keputusan sendiri. Berikan arahan, tapi biarkan mereka yang menyelesaikannya sendiri.

Mengapa menjadi orang tua yang selalu "membersihkan jalan" untuk anak mungkin terasa membantu, tapi justru menghambat kemandirian dan ketangguhan si Kecil.

Dengan membiarkan anak menghadapi tantangan, kegagalan, dan konsekuensi, Ayah dan Ibu memberi mereka kesempatan untuk tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan siap menghadapi dunia nyata.

dan dukung si Kecil untuk belajar dari pengalaman mereka sendiri! Semoga bermanfaat.

Baca juga:

Editor : Buliran News
Tag: