Tiga rumah tua di pinggiran Chiang Mai digali, dan setiap detail kayu—mulai dari proporsi sampai tekstur—dokumentasikan dengan teliti. Setelah itu, studio arsitek mengembangkan suatu model untuk mengeksplorasi bagaimana bahan ini dapat digunakan kembali dalam ruang yang lebih inovatif.
Hasilnya adalah pendekatan arsitektur yang tidak hanya mempertahankan esensi tradisional, tetapi juga menciptakan hubungan baru antara pintu, jendela, dan ruang.
Rumah ini memiliki keunikan yang menarik. Jika Anda teliti, terdapat batu yang digunakan sebagai dasar kolom kayu. Batu-batu yang secara alami tertanam di bawah tanah ini hanya digali secukupnya untuk menjaga keseimbangan geologis. Namun karena faktor iklim yang tidak dapat diprediksi, maka elemen beton bertulang ditambahkan untuk meningkatkan stabilitas struktur.
Baja berdiameter 20 mm dihubungkan dengan batu dasar pada dasar setiap kolom kayu, yang kemudian ditancapkan ke dalam fondasi beton untuk memastikan kekuatan dan keawetan tanpa menghilangkan nilai tradisionalnya.
Lingkungan luar rumah dirancang menggunakan pendekatan ekologis. Sistem kanal Sai Kai dibuat untuk mengalirkan air dan meningkatkan bioremediasi alami. Di samping memiliki halaman rumput yang seragam dari segi jenis, berbagai jenis tanaman dibiarkan tumbuh, menciptakan keseimbangan ekosistem yang lebih alami. Dengan konsep ini, rumah tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga ruang belajar yang mengajarkan keterhubungan antara manusia dan alam.
Teks oleh: Nadaska Ilyasa Wibowo Sumber foto: Rungkit Charoenwat Editor : Buliran News