"Pernyataan tersebut bukanlah refleksi kehilangan semangat nasionalisme, patriotisme, atau semangat bela negara dalam dirinya, melainkan suatu bentuk kritik dan sindiran terhadap para penyelenggara saat ini," kata Dany membacakan pernyataan klarifikasi dari KGPAA Hamengkunegoro.
Dany mengatakan, unggahan itu juga bertujuan untuk menyoroti pemerintahan saat ini yang jauh dari harapan leluhur raja-raja Keraton Surakarta yang dulu berperan dalam perjuangan kemerdekaan.
"Seharusnya para pemimpin negara memiliki kesadaran moral dan etika dalam mengelola pemerintahan demi kepentingan rakyat banyak," katakannya, seperti dilansir wartawan di Solo, Fajar Sodiq untuk BBC Indonesia.
Sesuai dengan posting "Percuma Republik Kalau Cuma Untuk Membohongi', katanya, terkait dengan sikap pemerintahan yang dianggap melupakan peran Keraton dalam menyerahkan kedaulatan dan bergabung dengan Indonesia.
Di sisi lain, Dany menekankan unggahan KGPAA Hamengkubuwono IX merupakan "bahasa satir".
"Ini adalah bahasa satir, bukan soal menyesal atau membohongi, tapi ini adalah kritikan," ujarnya.
Dany menganjurkan agar pemerintah menanggapi kritik dari KGPAA Hamengkunegoro dengan bijak.
"Ini adalah unggahan yang satir, yang baik dari beliau. Pemerintah harus memahami pesan ini dengan jelas dan cerdas," katanya.
Sang putra mahkota Keraton Surakarta yang merupakan pewaris darah Majapahit dan Kerajaan Mataram tentu tidak akan berbicara sembarangan. Ini adalah peringatan keras yang harus didengar.
Dalam pernyataannya, Dany menyebutkan bahwa Keraton Surakarta adalah satu-satunya keraton yang tidak menjadi bagian dari pemerintahan.
Editor : Buliran News