AS Lupakan Eropa, NATO Terancam Bubar

AS Lupakan Eropa, NATO Terancam Bubar
AS Lupakan Eropa, NATO Terancam Bubar

Buliran.com, WASHINGTON – Dengan satu pidato Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kembali mengalami kekacauan. Tidak terasa, pertanyaan soal keberlangsungan pakta militer terkuat di dunia tersebut kembali mengemuka.

Hegseth menjelaskan kepada sekitar 50 pendukung Ukraina di Barat pada Rabu bahwa pesannya jelas. "Faktor strategis yang sebenarnya menghalangi Amerika Serikat untuk fokus pada keamanan Eropa," kata dia. "Amerika Serikat menghadapi ancaman besar terhadap tanah air kami. Oleh karena itu, kita harus – dan harus – fokus pada keamanan perbatasan kita sendiri," ia menambahkan.

Berlawanan dengan posisi NATO sejak awal serangan Rusia ke Ukraina, Hegseth mengatakan bahwa Ukraina tidak akan mendapatkan kembali semua wilayahnya dari Rusia. Ia juga menegaskan bahwa Ukraina tidak akan diizinkan bergabung dengan NATO, yang akan memberikan jaminan keamanan tertinggi untuk memastikan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan pernah menyerang Ukraina lagi.

Dia menyatakan bahwa NATO tidak akan terlibat dalam kekuatan apa pun di masa depan yang mungkin dibutuhkan untuk menjaga perdamaian di Ukraina. Negara-negara Eropa dan negara-negara lain akan melakukan hal tersebut, tetapi negara-negara Eropa harus menanggung dampak dari hal tersebut. Ia juga menyatakan bahwa tidak ada pasukan Amerika yang akan terlibat dalam operasi semacam itu.

Hegseth juga menyatakan bahwa NATO tidak akan datang untuk menyelamatkan negara manapun di Eropa yang terlibat dalam pertahanan NATO jika diserang oleh Rusia. Peran Amerika juga tidak jelas, terutama jika Rusia mengetahui bahwa Amerika tidak akan memberikan bantuan, maka Rusia akan menguji keteguhan pasukannya.

Menteri Pertahanan Perancis Sébastien Lecornu mengatakan bahwa NATO saat ini menghadapi “momen kebenaran yang nyata.” “Mengatakan bahwa NATO adalah aliansi terbesar dan terkuat dalam sejarah adalah benar secara historis. Tapi pertanyaan sebenarnya adalah apakah keadaan tersebut akan tetap berlaku dalam 10 atau 15 tahun mendatang,” katanya.

Didirikan pada tahun 1949, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dibentuk oleh 12 negara untuk melawan ancaman terhadap keamanan Eropa yang ditimbulkan oleh Uni Soviet selama Perang Dingin. Berurusan dengan Moskow sudah tertanam dalam DNA mereka.

Jumlah negara anggota NATO telah meningkat sejak 75 tahun lalu Perjanjian Washington ditandatangani, menjadi 32 negara setelah Swedia bergabung tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran akan eskalasi agresivitas Rusia. Keanggotaan NATO yang kuat didasarkan pada Pasal 5 dari perjanjian tersebut, yaitu jaminan keamanan kolektif.

Pernyataan itu adalah komitmen politik semua negara anggota untuk memberikan bantuan kepada setiap anggota yang kedaulatan atau wilayahnya mungkin diserang. Hegseth mengungkapkan keraguan tentang komitmen Amerika Serikat terhadap pernyataan tersebut, walaupun ia menyatakan bahwa negaranya tidak berencana untuk meninggalkan aliansi tersebut.

Editor : Buliran News
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini