KONDISI sulit selama masa pandemi telah meninggalkan masalah tersendiri terkait kesehatan jiwa. Kementerian Kesehatan menyebut prevalensi masalah kejiwaan naik 1-2 kali lipat selama pandemi."Kondisi pandemi, memperparah atau semakin mempengaruhi kesehatan jiwa," kata Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, Vensya Sitohang, seperti yang diberitakan detikcom, dikutip Senin (16/5).
Sementara itu, dokter pakar kesehatan jiwa Hervita Diatri mengatakan ada empat kelompok yang terpapar gangguan jiwa. Kelompok pertama yang sebelumnya tidak memiliki masalah kesehatan Jiwa.Kelompok kedua adalah bagi masyarakat yang sudah mengalami masalah kesehatan jiwa, seperti karena kekerasan dalam rumah tangga. Lalu pandemi membuat kedekatan dengan pelaku kekerasan makin intens, sehingga masalah gangguan jiwa semakin meningkat.
Kelompok ketiga merupakan kelompok yang mengalami kesehatan fisik, yang kemudian kesulitan mengakses layanan kesehatan. Rasa cemas menyebabkan penyakit makin berat lalu berdampak pada kesehatan jiwa.Kelompok keempat menurut Hervita, paling banyak ditemukan sekitar Juli 2021 saat terjadi gelombang kedua Covid-19. Disebutkan risiko gangguan jiwa menetap akibat suplai oksigen ke otak berkurang.
Adapun, masalah kesehatan jiwa ini menjadi sorotan karena ada kecenderungan untuk mengakhiri hidup. Dalam 5 bulan awal pandemi Covid-19, survei menyebut 1 dari 5 orang di Indonesia berusaha 15-29 tahun sempat terpikir untuk mengakhiri hidup."Selanjutnya, 1 tahun pasca pandemi oleh survei yang berbeda, didapat 2 dari 5 orang memikirkan untuk bunuh diri. dan sekarang di tahun awal 2022 itu sekitar 1 dari 2 orang yang memikirkan untuk mengakhiri hidup," jelasnya. (*/luc/cic)
Editor : Buliran News