Cerita di Balik Secangkir Kopi: Jatuh Bangun Usaha Kafe Binaan Bukit Asam (PTBA)

Cerita di Balik Secangkir Kopi: Jatuh Bangun Usaha Kafe Binaan Bukit Asam (PTBA)
Cerita di Balik Secangkir Kopi: Jatuh Bangun Usaha Kafe Binaan Bukit Asam (PTBA)

Minum secangkir kopi hangat, menikmati pemandangan kota Palembang dari atas rooftop. Menyaksikan Jembatan Musi dari kejauhan. Musik lembut dan angin sepoi-sepoi mengiringi. Malam menjelang, lampu-lampu kota mulai dinyalakan. Suasana itu bisa dinikmati dari sebuah kedai kopi berlantai tiga di Jalan Ratna, Palembang.

Kedai kopi ini bernama Beskabean Coffee, terletak di sebuah gang menanjak yang lebarnya hanya dua meter di sebelah kiri Jalan Ratna. Hanya dengan uang sekitar Rp 20 ribu, Anda bisa menikmati secangkir kopi di sini.

Dari luar, tempat ini tampaknya sunyi dan tenang, dengan pintu samping yang tertutup. Namun, ketika memasuki Beskabean Coffee, aroma kopi langsung menyeruak. Interior tempat ini dipenuhi dengan kayu dan lampu kuning yang hangat. Para pengunjung duduk bersama di meja panjang, sambil menikmati kopi mereka. Buku-buku komik dan novel teratur rapi di rak, sehingga pengunjung bisa membaca mereka.

Di balik secangkir kopi, ada sebuah kisah mengenai perjalanan karir Hendra Susanto, pemilik Beskabean Coffee. Sebelum membangun bisnisnya, ia bekerja sebagai pengawas mutu di sebuah perusahaan asal Thailand. Namun, penyakit asma yang dideritanya membuatnya harus berhenti bekerja.

Hendra pernah memulai usaha media cetak bersama teman setelah meninggalkan pekerjaannya, tetapi dia malah tertipu.

"Saya menerima pesangon ratusan juta rupiah ketika saya mengundurkan diri dari pekerjaan saya. Saya menginvestasikan uang itu untuk mengembangkan bisnis media cetak, tetapi sayangnya, uang saya hilang karena ditiaduk oleh teman sendiri," kata Hendra.

Hendra pernah merasa kecewa. Namun, dia memiliki keluarga yang selalu memberinya motivasi. Hendra memulai bisnis jus kacang dengan uang Rp 880 ribu yang disimpannya. Dia menamai bisnisnya Berka Sari Kacang, singkatannya adalah Beska. Nama Beskabean berasal dari nama bisnis ini. "Dua tahun kemudian, bisnis itu tidak maju. Saya mencari bisnis lain yang lebih menjanjikan," katanya.

Hendry bertemu dengan seorang petani kopi dari Semendo melalui kegiatan sosialnya dengan para pelaku UMKM di Sumatera Selatan. Petani itu memberikan sekitar 6 kilogram biji kopi. Dari sana, mulai berdirinya Beskabean Coffee.

Hendra secara langsung memasak biji kopi untuk menjaga rasa yang berkualitas tinggi. Meskipun berkualitas tinggi, kopi Beskabean Coffee dijual dengan harga yang relatif terjangkau. Perlahan, nama Beskabean Coffee mulai dikenal luas oleh masyarakat. Postingan Beskabean Coffee di media sosial juga mampu menarik banyak orang untuk mengunjungi tempat mereka.

"Saya mencoba menjalankan sebuah kedai kopi di ruang tamu rumah di kawasan Bina Warga Palembang, dengan menggunakan peralatan yang sederhana, dan ternyata mendapatkan respons positif dari masyarakat," katanya.

Editor : Buliran News
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini