Cara Aman Mendirikan Tenda Saat Naik Gunung

Cara Aman Mendirikan Tenda Saat Naik Gunung
Cara Aman Mendirikan Tenda Saat Naik Gunung

Ada 3 cara menentukan arah angin yang berhembus saat di gunung:

  • Pertama, memakai media pasir atau tanah kering. Carilah pasir atau tanah kering yang halus. Ambillah segenggam dan berdiri di lokasi berkemah. Tunggu sampai ada angin yang berhembus. Bersamaan angin berhembus, buka genggaman tangan secara perlahan. Biarkan pasir atau tanah jatuh. Amati ke mana arah pasir atau tanah tertiup. Kesanalah arah anginnya.
  • Kedua, memakai korek gas. Pada kondisi hujan, kamu akan sulit untuk menemukan pasir atau tanah kering. Sebagai gantinya kamu bisa memakai korek gas. Caranya hampir sama, yaitu berdirilah di tanah lapang yang mau di pakai untuk tenda. Tunggu sebentar sampai ada angin yang berhembus. Nyalakan korek gas dengan pengaturan api maksimal. Biarkan api menjulang tinggi. Perhatikan arah api yang tertiup angin. Kesanalah arah anginnya.
  • Ketiga, memakai alat anemometer. Anemometer adalah alat bantu untuk menentukan arah angin berhembus. Anemometer digital bisa menentukan arah angin, kecepatan angin dan kekuatan angin. Pada alat yang lebih canggih, kamu dapat mendeteksi akan kedatangan badai. Tidak banyak pendaki gunung yang memiliki alat ini. Anemometer biasanya dimiliki oleh tim SAR, awak kapal dan nakoda.

4. Bersihkan tanah lapang dari kerikil, ranting, semak-semak berduri dan benda tajam lainnyaBanyak pendaki pemula yang mendirikan tenda dengan asal-asalan. Asal pasang, asal membentangkan tenda, asal pancang. Setelah tenda berdiri, buat tidur nggak nyaman. Karena ada kerikil, ranting atau semak berduri di bawah tenda. Kalau keadaan seperti ini dipaksakan, bisa-bisa alas tenda robek. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum mendirikan tenda, kamu harus memastikan tanah sudah bersih dari kerikil tajam, ranting maupun semak berduri. Ingat! Tenda adalah aset jangka panjang untuk kegiatan hiking. Jangan sampai rusak karena ketidaktahuan pendaki.

5. Jangan mendirikan tenda di area terlarang

Pernahkah kamu mendengar pepatah, “Deso mowo coro, negoro mowo toto?”. Pepatah ini juga berlaku di dunia pendakian. Di mana, setiap daerah pasti memiliki aturan untuk area terlarang. Misalnya, di Lawu ada Petilasan Brawijaya V, di Semeru ada Blank 75, di Gunung Gede Pangrango ada jalur konservasi satwa. Pendaki tidak boleh mendirikan tenda di lokasi tersebut. Dan diarahkan untuk berkemah di camping ground atau pos terdekat.Bukan untuk menakut-nakuti pendaki, tapi itu demi keamanan dan keselamatan pendaki. Area terlarang tercipta karena selalu muncul insiden berulang di sana. Misalnya, gangguan hewan buas, gangguan mistis, hingga kawasan keramat (petilasan). Sebaiknya, saat mendaki kamu tanyakan terlebih dahulu area terlarang di kawasan tersebut.

Ada juga area terlarang untuk mendirikan tenda karena kondisi alam, misalnya:

  • Area tebing. Mendirikan tenda di area tebing sangat dilarang. Karena membahayakan pendaki. Angin lembah di dekat tebing sangat kuat di malam hari. Hal ini dapat menyebabkan tenda mudah roboh.
  • Bibir sungai. Ada dua hal yang membuat pendaki dilarang mendirikan tenda di bibir sungai. Pertama, mewaspadai air bah yang berasal dari atas gunung. Kedua, untuk menghindari serangan dari hewan liar. Kebiasaan hewan liar di alam bebas adalah dia mencari minum di sungai. Ada yang hanya sekedar minum dan ada juga yang menunggu hewan buruannya minum. Jika di sekitar sungai ada tenda, tentu hewan-hewan ini akan tertarik untuk mendatanginya. Itu dapat menjadi ancaman buat manusia.
  • Bibir jurang. Area bibir jurang sangat rawan untuk terjadi longsor. Karena konstruksi tanah di area tersebut tidak stabil. Jangan mendirikan tenda di bibir jurang.
  • Jalur pendakian. Jalur pendakian adalah jalur yang di lewati pendaki. Jika kamu mendirikan tenda tepat di tengah jalur pendakian, kamu pasti dimarahi pendaki. Karena mengganggu jalan. Pada kasus ekstrim, tendamu bisa di lobangi karena kesal. Mending mendirikan tenda di camping area saja.
  • Shelter. Shelter adalah area pos di jalur pendakian yang dibangun sebagai tempat berteduh. Biasanya shelter berbentuk seperti bangunan rumah permanen yang berukuran kecil. Pendaki tidak boleh mendirikan tenda di dalam shelter, karena tempat tersebut dibuat untuk pendaki yang ingin beristirahat saat perjalanan mendaki gunung.
  • Di bawah pohon rapuh. Pendaki juga dilarang untuk mendirikan tenda di sekitar pohon tua yang sudah rapuh. Pohon yang rapuh bisa sewaktu-waktu roboh. Entah itu karena angin besar atau batang kayu yang digerogoti rayap. Jadi, kalau mau mendirikan tenda di dekat pohon, pastikan terlebih dahulu pohonnya tidak rapuh.
  • Editor : Buliran News
    Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini