BuliranNews, DEPOK - Kemunculan Batik Jatijajar dengan motif kimpul dan jati jajar belakangan ini, bukanlah sesuatu yang aneh atau kebetulan belaka. Sebab, Kota Belimbing ini sejatinya memang memiliki potensi untuk besar dengan beragam model dan motif batiknya.
Ratna S Wulandari, seorang pelaku usaha Batik Depok dari Ratna Batik and Craft menyebutkan, yang dibutuhkan adalah bagaimana menjadikan batik menjadi sebuah produk usaha yang bisa menggairahkan perekonomian masyarakat.
"Dalam hal ini, kita jangan hanya terjebak dalam hal produksi dan pengayaan motif semata, namun juga harus memikirkan bagaimana cara menjual produk itu sendiri. Dalam hal ini, tentunya kerjasama dengan pemerintah dan pihak ketiga sangat diharapkan," jelas Bunda Ratna.[caption id="attachment_15402" align="alignnone" width="748"] Motif Batik Tulis Gong Si Bolong[/caption]
Ratna yang sebelumnya telah menghadirkan Batik Depok dengan motif Gong Sibolong dan motif Benggol, yakin seyakin yakinnya, kalau Batik Depok akan bisa besar dan berkembang asalkan semua stakeholder mau bahu membahu dalam mengembangkannya."Harus diakui, Batik Depok itu unik karena kaya akan motif. Banyak hal yang bisa dijadikan motif, baik itu budaya. kultur, kearifan lokal maupun alam," imbuhnya.
[caption id="attachment_15403" align="alignnone" width="747"] Motif Batik Benggol 1858[/caption]Sebagai penggagas kehadiran Kelurahan Jatijajar dalam gelaran "Semesta Berkarya" di Depok Mall kemarin, menurutnya menghadirkan Kelurahan Jatijajar di Semesta Berkarya merupakan sebuah cara yang dilakukannya untuk "menjual" potensi Batik Jatijajar tersebut ke publik Kota Depok.

"Untuk batik dengan kualitas premium, tentu agak sulit. Namun jika disesuaikan dengan perekonomian mereka, maka segmen menengah ke bawah adalah yang paling pas untuk dibidik dan tentunya juga harus sesuai dengan selera pasart," ucapnya.Terkait dengan warna yang cocok untuk Batik Depok, Ratna dalam beberapa kali survey yang dilakukannya menyebutkan warna terang lebih terang untuk batik lokal produk Depok.
[caption id="attachment_15405" align="alignnone" width="747"] Motif Tugu Sawangan dan Gong Si Bolong[/caption]"Kota Depok berada di antara perlintasan Budaya Betawi (Jakarta) dan budaya Sunda (Bogor), karena itu warna terang akan lebih pas. Kalau warna alam, menurut saya kurang diminati," kata anggota IWAPI Kota Depok ini menjelaskan.
Sebagai pelaku usaha dan pegiat batik di Kota Depok, wanita yang lahir dari kultur Solo dan Madura ini mengatakan, agar batik lokal Depok dicintai masyarakat, maka motif dan warnanya harus mengacu kepada selera pasar.[caption id="attachment_15406" align="alignnone" width="745"] Motif Gong Si Bolong dan Penari Topeng Cisalak[/caption]
Satu hal lagi yang disebutkan Ratna S Wulandari adalah, dalam menghadirkan motif untuk Batik Depok, haruslah sarat dengan filosofi dan budaya yang ada di Kota Depok sendiri.[caption id="attachment_15407" align="alignnone" width="747"] Motif Batik Gong Si Bolong Sulur Melati[/caption]