Silat Penuh dengan Adat dan Filosofi

Silat Penuh dengan Adat dan Filosofi
Silat Penuh dengan Adat dan Filosofi

BuliranNews, JAKARTA - Seni beladiri silat, tak hanya sebatas gerak dan seni saja. Namun silat sesungguhnya kaya akan adat dan filosofi. Karenanya, dalam belajar silat, ada hal yang harus dikenali lebih dahulu yaitu bagaimana seni tersebut bisa membangun silaturahim antar pihak-pihak yang berkaitan dengan silat itu sendiri."Salah besar kalau diklatakan silat itu adalah gerak dan seni semata. Karena sesungguhnya beladiri itu kaya akan adat dan filosofi yang harus dipahami semua peserta yang akan mengikuti pelatihan silat tersebut," demikian dikatakan Edwel Yusri Dt Rajo Gampo Alam, guru besar silat harimau saat menjabarkan beberapa hal yang terkandung dalam silat tersebut.

Silat harimau atau kalau di Ranahminang disebut juga dengan silat inyiak, menurut guru besar dilat harimau itu, adalah silat asli dari tanah Minang dan saat ini mulai berkembang di jazirah Asia Tenggara bahkan hingga ke seantero Eropa.[caption id="attachment_14115" align="alignnone" width="507"] SERIUS - H Edwel Yusri Dt Rajo Gampo Alam, terlibat diskusi serius dengan Akmal Hidayat, seorang advokad muda yang ternyata sangat menyukai seni beladiri silek harimau.[/caption]

Di Ranahminang, silat selain sebuah tradisi, juga merupakan sebuah bentuk bekal yang diberikan seorang paman kepada keponakannya yang hendak mengadu untung ke perantauan.Bagi masyarakat Minang, tradisi silat harus mereka terima sebagai sebuah  terima sako turun temurun selain agama Islam.

"Meski silat itu merupakan sebuah sako, namun fakta yang terjadi saat ini, sebagian besar masyarakat Minangkabau dan kaum perantauannya tak lagi memahami atau bahkan menguasai ilmu beladiri silat. Padahal, silat adalah sebuah budaya untuk melindungi diri," imbuhnya.Belakangan silat menjadi terpinggirkan dan hanya sebatas peramai acara. Silat sulit maju karena pejabat dan orang tua tak terlalu dipedulikan.

"Apa yang dilakukan IKM Jagakarsa memang sudah sepatutnya didukung, silat harus diangkat, dibudayakan dan kembali dikembangkan. Orang Minang harus bangga dengan budayanya," imbuhnya.Selain berbicara tentang silek harimau, Mak Datuak, demikian Edwel Yusri biasa diasap, juga menyinggung tentang karambit yang saat ini menurutnya telah bermutasi di dunia internasional dengan tetap memakai nama karambit.

"Karambit itu adalah senjata yang mematikan dan melambangkan kuku harimau atau taring. Ini asli Minang," katanya menambahkan.Ustadz Saadi Djamal, selaku pemuka agama di DPD IKM Jagakarsa dalam kesempatan itu menyebutkan, surau adalah tempat transformasi ilmu agama dan budaya. Sehingga saat seorang putra Minang merantau, dia tak akan pernah goyah.

"Kenapa bisa demikian? Karena jiwanya telah ditempa dengan ilmu agama dan fisiknya juga dibekali dengan ilmu silat. Antara silat dan mental spiritual tak bisa dipisahkan," tuturnya.Ketua DPD IKM Jagakarsa, Khairul Sikumbang, dalam kesempatan itu menyebutkan, saat kita mencintai negeri ini dengan sepenuh hati, maka segala budaya dan tradisi yang melekat pun harus dicintai.

"Nah, apalagi kita sebagai masyarakat Minangkabau, agama dan adat serta budaya harus terus mendampinginya dalam menjalankan kehidupan dimanapun dia berada, tak terkecuali di tanah rantau," ucapnya serius. (ted)

Editor : Buliran News
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini