Scroll untuk baca artikel
scroll mobile
banner ping kiri 120x600
banner kuping kanan120x600
banner1

Tsunami Raksasa Ancam Sejumlah Wilayah Pesisir di Indonesia

Tsunami Raksasa Ancam Sejumlah Wilayah Pesisir di Indonesia
Tsunami Raksasa Ancam Sejumlah Wilayah Pesisir di Indonesia
bawah headline

POTENSI terjadinya tsunami 'raksasa' setinggi 20 meter yang bisa terjadi di pesisir selatan Pulau Jawa hingga Selat Sunda, berpeluang dampaknya ke pesisir utara seperti wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas menjelaskan data dari Global Navigation Satellite System (GNSS) melaporkan terdapat akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga Pelabuhan Ratu. Selain itu juga ada di Parangtritis dan Pantai Jawa Timur di bagian Selatan.

Diperkirakan gempa dengan kekuatan magnitudo 8,7 sampai 9.0, potensi akan ada tsunami setinggi 20 meter. Sementara itu di Jakarta, gelombang tsunami diprediksi mencapai 1 - 1,5 meter. Hal ini lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan tsunami yang berada di bagian selatan Jawa.

"Berdasarkan hasil simulasi model, run-up tsunami dapat mencapai sebagian besar Pluit, Ancol, Gunung Sahari, Kota Tua, hingga Gajah Mada. Kalau kita perhatikan modelnya ternyata nyaris menyentuh istana," jelasnya beberapa waktu lalu.Sementara itu, BMKG sebelumnya juga telah menakar potensi terjadinya bahaya tsunami non tektonik yang cukup besar.

Hasil penelusuran dan verifikasi zona bahaya yang dilakukan BMKG di Pulau Seram menunjukkan sepanjang garis pantai pulau tersebut merupakan laut dalam dengan tebing-tebing curam yang sangat rawan longsor."Gempa menjadi trigger terjadinya longsor yang kemudian menyebabkan gelombang. Dalam pemodelan, dapat disimpulkan apakah berpotensi menimbulkan tsunami atau tidak. Bisa saja tidak, tapi ternyata gempa tersebut malah membuat longsor bawah laut yang kemudian memicu tsunami," ujar Dwikorita

Dalam kunjungannya ke Pulau Seram, Dwikorita menyambangi Negeri Samasuru, Negeri Amahai, Kota Masohi, dan Negeri Tehoru. Di daerah-daerah tersebut, selain melakukan verifikasi peta bahaya dan menyusuri jalur evakuasi, Dwikorita dan tim BMKG juga secara langsung mendengar kesaksian dan cerita warga tentang terjadinya gempa dan tsunami."Di Negeri Tehoru saya melihat langsung jejak tanah yang longsor ke laut. Di Samsuru, warga setempat bahkan telah melakukan perhitungan kedalaman laut dari batas bibir pantai. Jarak 3 meter dari bibir pantai, kedalaman laut sudah mencapai 23 meter," ujarnya.

Advertisement
scrol dalam berita
Scroll kebawah untuk lihat konten
Dwikorita mengatakan, hingga saat ini belum ada negara yang mampu mendeteksi tsunami non tektonik secara cepat, tepat dan akurat. Sistem peringatan dini yang dibangun negara-negara di dunia adalah sistem peringatan dini tsunami akibat goncangan gempa bumi.Selama ini, kata dia, yang bisa dilakukan adalah memantau muka air laut dengan buoy dan tide gauge. Namun, cara tersebut kurang efektif karena sifat alat yang menginformasikan usai kejadian tsunami. Jadi saat alat tersebut memberikan peringatan sudah terlambat, tsunami sudah datang.

"Karena dipicu oleh longsoran bawah laut maka estimasi waktu kedatangan gelombang bisa sangat cepat. Hanya dalam hitungan menit, seperti yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah," imbuhnya.Oleh karena itu, Dwikorita meminta masyarakat yang berada di sepanjang garis pantai di Pulau Seram untuk segera melakukan evakuasi mandiri apabila merasakan guncangan gempa bumi tanpa harus menunggu peringatan dini BMKG.

"Belajar dari pengalaman, tidak usah menunggu peringatan dini tsunami. Segera lari begitu merasakan getaran tanah atau gempa. Jauhi pantai dan segera lari ke bukit-bukit atau tempat yang lebih tinggi," kata Dwikorita. (*/cha)

Editor : Buliran News
dibawah pilihan editor
Tag:
vertikal dalam kontent
Bagikan

Berita Terkait
Terkini