Survei LSI: 55,5 Persen Responden Takuti Efek Sampingan Vaksin Covid-19

Survei LSI: 55,5 Persen Responden Takuti Efek Sampingan Vaksin Covid-19
Survei LSI: 55,5 Persen Responden Takuti Efek Sampingan Vaksin Covid-19

BuliranNews, JAKARTA  - Hasil mengejutkan didapati oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) setelah mereka merilis hasil survei 'Sikap Publik Terhadap Vaksin dan Program Vaksin Pemerintah', Minggu (18/7). Meskipun mayoritas responden setuju dengan program vaksinasi yang dilakukan pemerintah, namun mereka takut dengan efek sampingannya.Survei ini dilakukan dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin oferror atau MoE) sekitar ±2.88 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional.

Hasil survei mengenai Kemungkinan Tertular CovidSekitar 40,5 persen, yang merasa sangat atau cukup besar kemungkinan dirinya tertular virus COVID-19, sedangkan yang merasa cukup atau sangat kecil kemungkinannya sebanyak 33,6 persen. Sedangkan yang menjawab antara besar dan kecil sekitar 21,6 persen.

Hasil survei mengenai Sikap Terhadap Program Vaksin Covid-19Mayoritas atau sekitar 84,9 persen, merasa sangat atau setuju dengan program vaksin COVID-19 untuk masyarakat. Sebanyak 10,1 persen tidak setuju dan 0,6 sangat tidak setuju. Sebanyak 4,4 persen tidak menjawab.

Hasil survei mengenai Pengalaman Vaksinasi Covid-19Sebanyak 7,5 persen sudah dua dosis dan 9,9 persen baru satu dosis. Sisanya, 82,6 persen belum divaksin.

Hasil survei mengenai Kesediaan DivaksinasiSebanyak 63,6 persen bersedia dan 36,4 persen tidak bersedia divaksinasi.

Alasan Tidak Bersedia Divaksinasi55,5 Persen takut efek samping vaksin COVID-19 (tidak aman).

25,4 Persen mengira vaksin itu tidak efektif.19 Persen tidak membutuhkannya (badan sehat).

9,9 Persen Vaksin mungkin tidak halal8,7 Persen tidak mau membayar untuk mendapat vaksin.

4,1 Persen merasa tak perlu divaksin (ada herd immunity).3,8 Persen berpendapat vaksin hanya akal-akalan perusahaan farmasi untuk mencari untung.

9,3 Persen berpendapat lainnya.1,8 Persen tidak menjawab. (*/mdk)

Editor : Buliran News
Tag: