Saat ini Goa Rangko merupakan salah satu destinasi unggulan di desa Wisata Rangko. Selain spot wisata Goa Rangko, Desa wisata Rangko juga dikenal sebagai penghasil Ikan Cara terbaik dari semua desa pesisir di wilayah kabupaten Manggarai Barat.Ikan Cara merupakan ikan asin yang dikeringkan dengan ciri khas berbeda jika dibandingkan dengan ikan cara dari pulau lainnya seperti papagrang dan dawrah di Sulawesi.
Ukuran Ikan Cara Rangko berbentuk sedikit lebih kecil, memiliki bentuk pipih dan berdaging tipis serta kandungan garam yang sangat rendah. Ikan cara ini pun dijual dalam bentuk kering dan juga dikemas menjadi salah satu oleh-oleh khas Labuan Bajo.Desa Wisata Tematik
Potensi wisata desa Rangko yang unit menjadi hal positif sendiri bagi desa itu. Pasalnya sebelum pandemi Covid-19 kawasan wisata itu selalu didatangi wisatawan.Pengembangan desa wisata sendiri diketahui terus didorong oleh pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, khususnya Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).
Dukungan pengembangan sarana dan prasarana pada desa wisata mampu memberikan pengalaman berwisata yang tenang, aman dan nyaman bagi para wisatawan.BPOLBF sendiri sudah meluncurkan 30 desa wisata tematik di Bali pada Juni 2021 dalam rangka mendukung pariwisata di Labuan Bajo.Desa Rangko salah satu diantara 30 desa wisata tematik itu.
Puluhan desa wisata tematik yang sudah diluncurkan itu terintegrasi dengan Labuan Bajo Flores yang meliputi pulau Flores, Lembata, Alor, dan Cagar Biosfer Komodo.Travel pattern desa wisata tematik ini menambah variasi produk pariwisata dan ekonomi kreatif yang semakin memperkuat kekhasan karakter destinasi Labuan Bajo Flores," kata Shana Fatina.
Sayangnya situasi pandemi seperti saat ini desa wisata yang ada jarang dikunjungi wisatawan. Akibatnya promosi langsung melalui kunjungan wisatawan tak sulit untuk dicapai.Beberapa waktu lalu di Labuan Bajo secara daring dan offline dilakukan pembahasan seputar pengembangan produk-produk unggulan desa wisata agar bisa dipromosikan secara digital.Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Fadjar Utomo menyampaikan pembangunan ekonomi setelah dilanda pandemi mengharuskan setiap pelaku industri wisata untuk bertransformasi sesuai kebutuhan pasar, salah satunya adalah transformasi digital.Payung besar ke depan pasca-pandemi yaitu menjalankan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan. Pandemi segera memaksa kita bertransformasi.
Sustainable tourism dan inklusif kreatif ekonomi menjadi payung besar pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang dilakukan di NTT.Untuk itu, pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, harus memperhatikan empat pilar utama yakni pengelolaan destinasi wisata berkelanjutan dengan memperhatikan ekosistem pendukung seperti atraksi, ameniti, aksesibiliti.
Selanjutnya, pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal, pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung serta kelestarian lingkungan.(*/otv)
Editor : Buliran News