BuliranNews, BEIJING – Sebanyak 21 ilmuwan China dan seorang ahli Inggris yang bekerja di China telah berhasil membuktikan melalui penggunaan teori evolusi klasik jika virus Covid-19 bukanlah produk buatan manusia melainkan berasal dari lingkungan alam.
Hal ini dimuat dalam artikel “Asal usul SARS-CoV-2-Argumen pembuat jam buta” yang diterbitkan dalam versi bahasa Inggris dari majalah akademik “SCIENCE CHINA: Life Sciences” yang disponsori bersama oleh Chinese Academy of Sciences dan the Chinese Academy of Sciences.
Penulis utama artikel tersebut, Prof. Wu Zhongyi dari Institut Ilmu Kehidupan Universitas Sun Yat-sen, mencatat bahwa ada pandangan yang diterima secara luas, bahwa evolusi spesies bukanlah tujuan khusus.
Karena suatu spesies hanya mampu beradaptasi dengan alam secara alami maka tidak mungkin ādiproduksiā. Sebaliknya ia perlu beradaptasi secara bertahap untuk hidup di alam untuk jangka waktu yang lama, dan sering mengalami perubahan acak.
Prof. Wu mengatakan Covid-19 sebagai virus āsempurnaā pasti merupakan hasil evolusi alam karena sehebat apa pun seorang ilmuwan belum tentu mampu āmenciptakanā virus yang dapat beradaptasi dengan manusia dalam kondisi sempurna.
Misalnya, operator telepon seluler paling bergengsi dan berpengalaman tidak akan mampu menghasilkan desain produk paling populer di dunia pada tahap awal.
Faktanya, produk āsempurnaā hanya dapat muncul setelah melalui pengujian pasar dan penggunaan berulang.
Beberapa hasil penelitian secara tidak langsung telah membuktikan kebenaran pandangan tersebut. Sebenarnya tikus tidak terinfeksi Covid-19, namun para ilmuwan mengambil langkah untuk menemukan varian yang dapat menginfeksi tikus.
Namun, varian yang dipilih manusia ini tidak dapat memicu transmisi massal pada sekelompok tikus. (*/okz)