BuliranNews, BISSAU – Kabar duka datang dari Benua Afrika, dimana lebih dari 30 orang di Guinea-Bissau meninggal dunia karena tenaga kesehatan (nakes) yang ada di negeri miskin itu melakukan mogok bekerja. Akibat pemogokan, sistem perawatan kesehatan pun lumpuh.
Boikot atas kondisi kerja, gaji, dan masalah lainnya diluncurkan pada Senin pekan ini di negara kecil Afrika Barat itu. Rumah sakit dan klinik di sana memang sangat tidak lengkap dan membuat marah para pekerja dan sangat membahayakan pasien.
“Saya menganggap pemerintah bertanggung jawab atas jumlah korban tewas dan boikot yang melumpuhkan sektor kesehatan nasional,” kata juru bicara serikat perawat Garcia Batican Sampaio dalam konferensi pers.
Menanggapi pemogokan, juru bicara pemerintah Fernando Vaz mengatakan mereka yang bertanggung jawab atas tragedi ini akan dibawa ke pengadilan. Ketidakstabilan politik telah merusak Guinea Bissau selama beberapa dekade.
Sembilan kudeta atau percobaan kudeta sejak kemerdekaan dari Portugal pada 1974 telah melumpuhkan upaya untuk menarik perekonomian di luar ketergantungannya pada ekspor kacang mete. Sebagian besar klinik medis kekurangan pasokan listrik atau air, gaji rendah, dan tingkat kematian ibu termasuk yang terburuk di dunia.
Hal itu diungkapkan dalam laporan hak asasi manusia PBB 2017 yang menyerukan reformasi komprehensif. Laporan itu mengatakan 24 pasien dilaporkan meninggal selama pemogokan petugas kesehatan pada 2016. Kondisi ini pun menyoroti kegagalan negara dan penyedia layanan kesehatan untuk menyediakan layanan yang memadai. (*/rep)