BuliranNews, JENEWA – Bank Indonesia (BI) melaporkan, utang luar negeri Indonesia per akhir kuartal II-2021 atau hingga akhir Juni 2021 mencapai US$ 415,1 miliar. Dengan asumsi US$ 1 setara dengan Rp 14.300, maka ULN Indonesia adalah sekitar Rp 5.977 triliun. Utang luar negeri ini terdiri dari utang pemerintah, BUMN, dan sektor swasta.
“ULN turun 0,1% (qtq) dibandingkan dengan posisi ULN triwulan I-2021 sebesar US$ 415,3 miliar. Secara tahunan, pertumbuhan ULN triwulan II 2021 juga melambat, dari 7,2% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 1,9% (yoy). Perkembangan tersebut didorong oleh perlambatan pertumbuhan ULN Pemerintah dan kontraksi ULN swasta,” sebut keterangan tertulis BI soal posisi utang luar negeri.
Jumlah tersebut, menempatkan Indonesia di jajaran 10 besar negara pengutang di dunia. Hal ini tentu cukup mengejutkan, karena di saat masyarakat masih berejibaku melawan keganasan pandemi covid-19, negeri ini juga dihadapkan dengan paparan utang yang sangat luar biasa.
Bank Dunia dalam laporannya bertajuk International Debt Statistics 2021 Second Edition mengungkapkan, hingga akhir 2020, total nilai Utang Luar Negeri (ULN) dari 120 negara berpendapatan menengah rendah mencapai US$ 8,4 triliun atau Rp 117.600 triliun (kurs Rp 14.000/US$).
Realisasi utang iitu, menurut badan tersebut, jauh lebih tinggi dari total utang pada akhir 2020 yang sebesar US$ 8,1 triliun atau Rp 113.400 triliun.
Bank Dunia menjelaskan utang luar negeri oleh negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun 2020 terjadi dengan latar belakang pandemi Covid-19 yang menyebabkan resesi global. Utang ini bahkan terparah sejak Perang Dunia dan Perang Dunia II atau depresi hebat.
Awalnya, Bank Dunia memperkirakan penambahan utang luar negeri negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah hanya sekitar US$ 220 miliar pada 2020.
Angka tersebut didasarkan pada hasil aktual hingga kuartal ketiga (akhir September) 2020 untuk 67 negara yang melaporkan sampai dengan Quarterly External Debt Statistics (QEDS) dan informasi dari sumber kreditur, baik resmi maupun swasta.
“Rata-rata stok utang luar negeri negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah diperkirakan meningkat sekitar 2,8% pada 2020, mendekati setengah dari peningkatan rata-rata 5,5% yang tercatat pada 2018 dan 2019. Banyak diantaranya sudah dinilai berisiko tinggi mengalami kesulitan utang,” tulis laporan Bank Dunia.
Awalnya, Bank Dunia memperkirakan penambahan utang luar negeri negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah hanya sekitar US$ 220 miliar pada 2020.
Angka tersebut didasarkan pada hasil aktual hingga kuartal ketiga (akhir September) 2020 untuk 67 negara yang melaporkan sampai dengan Quarterly External Debt Statistics (QEDS) dan informasi dari sumber kreditur, baik resmi maupun swasta.
“Rata-rata stok utang luar negeri negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah diperkirakan meningkat sekitar 2,8% pada 2020, mendekati setengah dari peningkatan rata-rata 5,5% yang tercatat pada 2018 dan 2019,” tulis Bank Dunia.
- China 2,1 triliun dollar AS.
- Brasil 569,39 miliar dollar AS.
- India 560,03 miliar dollar AS.
- Rusia 490,72 miliar dollar AS.
- Meksiko 469,72 miliar dollar AS.
- Turki 440,78 miliar dollar AS.
- Indonesia 415,1 miliar dollar AS.
- Argentina 279,3 miliar dollar AS.
(*/mij)