Telaah  

PDIP dan Demokrat Bak Air dengan Minyak

PERNYATAAN Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto yang menyinggung Partai Demokrat dua hari lalu cukup menyentak. Dimana kala itu, petinggi itu menyentil Demokrat yang menghalalkan segala cara pada 2009.

Ini tentu bukan sebuah pendapat atau komentar yang biasa-biasa saja, apalagi tensi antara PDI Perjuangan dibawah komando Megawati Soekarnoputri dengan Partai Demokrat yang masih kental dengan DNA Susilo Bambang Yudhoyono belum jua sejalan. Ibaratnya, statemen Hasto bagaikan menabrak yang lagi parkir.

Statemen itu juga kian menegaskan kalau “ urat saraf” antara PDI Perjuangan dan Demokrat masih berlangsung yang sepertinya sulit berakhir bagaikan pandemi yang kita hadapi saat ini.

Meskipun pemilu 2009 telah kita tinggalkan 12 tahun lalu, namun tampaknya masih ada duri dalam daging yang menyentak dan membuat sakit PDI Perjuangan yang dikalahkan Partai Demokrat kala itu meraih 148 kursi di DPR RI yang berjarak sangat jauh dengan PDI Perjuangan yang hanya kebagian 93 kursi saja.

Sebenarnya, waktu itu PDI Perjuangan tak saja dikalahkan secara telak oleh Partai Demokrat, namun juga disisihkan oleh yang meraup 108 kursi.

Jika dilihat persentase perolehan suaranya, secara nasional Demokrat mendapatkan 26,43 persen diikuti oleh dengan 19-29 persen dan PDI Perjuangan di tangga ketiga dengan perolehan 16,61 persen.

Dari catatan di atas, jelas kalau PDI Perjuangan memang kalah jauh dari Demokrat. Namun yang menjadi pertanyaan, kenapa PDI Perjuangan hanya meradang kepada Demokrat dan mengabaikan Golkar? Apakah karena mereka berada di poros yang sama yaitu bagian dari pemerintahan atau sebab lain, mungkin hanya mereka yang tahu.

Akan tetapi, Demokrat selalu diserang meski mereka cukup tegar dengan prahara politik yang baru saja melanda partai tersebut. Meski mengaku tidak tahu apa-apa dengan prahara itu, namun dengan kemunculan kepala staff kepresidenan Moeldoko di Sibolangit Sumatera Utara pasca ditetapkan sebagai ketua umum DPP Partai Demokrat versi KLB, tentu sulit bagi kita untuk tidak percaya kalau pemerintah tidak ikut serta.

Baca Juga   Waspadai Hipertensi, Asam Urat dan Gizi Buruk

Nah kembali ke persoalan serangan Hasto ke Demokrat, publik secara nyata dapat melihat ini bukanlah persaingan antara PDI Perjuangan dengan Demokrat sebagai partai, namun melibatkan orang kuat dibalik kedua partai bersangkutan.

Harus diakui, meski para politisi selalu mengatakan politik itu selalu dinamis, namun antara PDI Perjuangan dengan Demokrat sulit untuk bersatu. Mungkin pameo yang mengatakan bak air dengan minyak lebih tepat disematkan pada kedua partai.

Ketegangan dan saling menyalahkan dalam dunia politik, sebetulnya hal yang biasa saja. Namun tidak untuk PDI Perjuangan dan Demokrat. Kedua partai ini sama sama pernah berkuasa, sama sama pernah meninggalkan legacy, sama sama pernah menjadi partai .

Artinya, sejauh ini belum terlihat sama sekali peluang, meski kecil untuk mereka bersama bergandengan tangan dalam membangun negeri.

Meskipun hubungan antara PDI Perjuangan dan Demokrat bak air dengan minyak, namun masyarakat tetap berharap perseteruan antara keduanya tak berdampak bagi pembangunan dan kemajuan Indonesia. ***

 

  • Penulis : Teddy G Chaniago SH
  • Penulis Adalah Peneliti di Asdy Foundation