TOGE biasanya identik dengan sayuran kecambah. Padahal Toge Panyabungan adalah sebuah nama minuman khas yang terbuat dari tepung pulut.
Toge panyabungan mirip dengan cendol. Bedanya sama Es Cendol, Toge Panyabungan ini semua pakai pulut atau ketan. Kuliner ini merupakan salah satu makanan favorit kebanyakan masyarakat Mandailing.
Toge Panyabungan merupakan minuman yang memiliki rasa manis. Minuman tersebut sudah menjadi tradisi minuman saat berbuka puasa dan banyak diminati semua orang di bulan Ramadan tidak terkecuali di Kota Medan sendiri. Biasanya dijadikan menu berbuka yang menjadi incaran penikmatnya dan mudah ditemukan saat bulan puasa.
Mayoritas pedagang toge panyabungan masih mempertahankan pengolahan bahan baku secara tradisional di tungku kayu bakar. Kemudian paduan pulut putih, ketan hitam, bulatan candil, dan cendol masak dibubuhi kuah santan dan gula aren.
Ada bermacam campuran di minuman ini. Diantaranya, tepung beras sebagai bahan utama untuk cendol, lupis kemudian dicampur tape pulut hitam, candil, santan, gula merah dan es batu.
Saat memasuki Ramadan ini, banyak orang yang membeli Toge panyabungan. Rasanya manis dan ada asamnya karena dicampur dengan tape.
Untuk penyajiannya, toge panyabungan bisa dinikmati dengan menambahkan es bagi penyuka minuman dingin saat berbuka. Namun tanpa es pun toge panyabungan tak kalah nikmat dijadikan menu santap berbuka.
Para penikmat toge panyabungan kini tak hanya datang dari etnis Mandailing yang merupakan suku asli dari Panyabungan. Tetapi juga dari semua etnis di Sumatera Utara, antara lain Suku Melayu, Jawa, Padang, Tionghoa, Batak, dan lainnya.
Seporsi toge penyabungan bisa dinikmati dengan harga yang sangat terjangkau, hanya dijual sekitar Rp12.000. Selain menyegarkan, mencicipi toge panyabungan juga mengenyangkan.***