BuliranNews, JAKARTA - Figur Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto (AH) diangap sangat potensial menjadi ‘gadis manis’ yang akan dilamar sebagai cawapres oleh siapapun capresnya yang saat ini masuk tiga besar di sejumlah lembaga survei, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Karena itu, duet Ganjar-AH akan sama kuatnya dengan Anies-AH jika mereka berpasangan di Pilpres 2024.“Sejauh yang sama amati, Airlangga Hartarto memiliki potensi kuat untuk dilamar siapapun capres yang bukan saja ingin mendapat tiket, tapi juga ingin menang dalam kontestasi politik nasional lima tahunan,” kata peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izul Fatah, dalam siaran persnya, Sabtu (8/1). Pernyataan ini untuk menanggapi berbagai spekulasi pasangan capres- cawapres yang akan bertarung di Pilpres 2024 mendatang.
Menurut Toto yang juga Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, ada sejumlah keunggulan yang dimiliki Airlangga. Pertama, secara personal, AH termasuk figur yang minim resistensinya, sehingga relatif bisa diterima baik oleh kalangan nasionalis maupun kalangan Islam sebagai warga mayoritas di negeri ini.Kedua, lanjut Toto, secara profesional sebagai Menko Perekonomian, AH juga dinilai dan dipersepsi cukup positip sebagai menteri yang dianggap berhasil mengatasi keterpurukan ekonomi nasional sebagai akibat dari serangan dashyat pandemi covid-19.
“Ganjar boleh saja sekarang berjaya di survei, begitu juga Anies, tapi tak ada yang bisa menjamin keduanya lolos dapat tiket sebagai capres. Apalagi mereka berdua bukan ketua umum partai. Dalam kontek inilah, AH sangat potensial menjadi ‘gadis manis’ yang bukan saja ikut menentukan tiket, tapi juga menentukan kemenangan,” tegasnya.Dalam posisi AH yang sangat strategis tersebut, ‘PR’ besar berikutnya, terutama dalam memanfaatkan sisa waktu dua tahun kedepan, adalah menggenjot dirinya dengan aneka program yang dapat menaikan elektabilitasnya. Sehingga, menurut Toto, sumbangan AH terhadap pasangan capres siapapun, akan makin kokoh bukan saja karena tiga keunggulan tadi, tapi juga karena kontribusi elektabilitasnya yang terus naik.
“Intinya, beliau harus sudah mulai sering turun ke bawah untuk menyapa rakyat. Terutama, dalam kontek memenuhi tuntutan salah satu hukum besi untuk menang, yaitu pengenalan, ini masih rendah. Belum lagi soal kesukaan yang wajib terpenuhi jika ingin dipilih,” katanya.(*/rep)
Editor : Buliran News