BuliranNews, DEPOK – Industri rumahan yang masuk kategori usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), selama ini telah mampu menunjukkan eksistensinya di tengah persoalan ekonomi yang mendera negeri ini.
Tak hanya bisa bertahan saat krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997 silam, pun saat ini kala pandemi Covid-19 belum benar-benar pergi dari Bumi Pertiwi.
Industri kecil tak dipungkiri, menjadi sebuah pilar ekonomi yang tetap mampu menggeliatkan perekonomian nasional. Sehingganya, keberadaan industri jenis ini harus terus diperhatiakn dan didukung oleh semua pihak, agar ke depan industri ini bisa naik kelas menjadi industri yang lebih besar.
“Saya optimis, UMKM yang digerakkan masyarakat dengan skala rumahan akan menjadi besar dan berkembang jika dikelola dengan optimal dan profesional,” kata Camat Tapos, H Abdul Mutolib saat mendatangi industri keripik tempe Pawon Mutiara di RT 05 RW 10 Kelurahan Jatijajar.
Meskipun eksistensi industri kecil dan rumahan telah menunjukkan kemampuannya bertahan di tengah serbuan kondisi perekonomian yang serba tidak menentu, namun Pak Camat tetap berharap agar usaha yang dikelola tetap mengedepankan kualitas dan tentunya kemasan yang lebih baik.
“Tak ada yang tak bisa jika kita semua menjalaninya dengan maksimal. Begitupun dengan beragam industri rumahan yang ada di Kelurahan Jatijajar dan Kecamatan Tapos secara umum. Yang terpenting, bagaimana menjaga kualitas tetap baik serta jangan lupakan kemasannya. Kalau pasar saya lihat sudah ada dan malah cakupannya cukup luas,” imbuhnya.
Pak Camat tak hanya berharap industri yang ada membuat produsennya bisa bertahan dan berkembang, namun kedepan harusnya bisa menjadi buah tangan yang menarik minat orang lain untuk mengkonsumsinya.
“Seperti halnya Keripik Tempe Pak Susilo, menurut saya cita rasanya tak perlu ditanya. Tinggal bagaimana kita mengoptimalkan pasarnya saja dari yang telah ada saat ini,” ujarnya.
Sementara itu, Susilo Sri Haryono selaku pemilik dan pengelola industri keripik tempe Pawon Mutiara menyebutkan, usaha keripik tempe baru dijalankannya secara penuh terhitung setahun terakhir.
“Saya sudah mulai membangun usaha ini sejak tahun 2018, juga di sektor makanan. Namun khusus tempe, baru setahun terakhir,” ucapnya.
Sebagai pelaku usaha mikro kecil dan menengah, Susilo berharap bisa selalu mendapat dukungan dan arahan dari pemerintah daerah. Sehingga usaha yang digelutinya dan juga UMKM lainnya yang dikelola masyarakat Jatijajar makin berkembang.
Terkait usaha keripik tempe sagu yang dikelolanya, pria yang akrab disapa Mas Susilo ini menyebutkan, saat ini pihaknya cukup terkendala dengan bahan baku yang belakangan ini agak sulit didapatkan.
“Keberadaan minyak goreng yang sempat bermasalah sudah tentu juga membuat usaha saya terkendala, belum lagi keberadaan tepung tapioka dan kedele,” imbuhnya.
Terkait tempe, Susilo menyebutkan kalau dia membuat sendiri olahan tersebut. Mulai dari perebusan kedele, peragian, pembuatan dan pemotongan tempe. Semua dilakukan tanpa campur tangan pihak lain.
“Alhamdulillah, meski bergerak perlahan. Saya bisa memproduksi keripik tempe sagu sedikitnya 3-4 ton setiap bulannya,” kata Mas Susilo tanpa maksud menyombongkan diri.
Yang mencengangkan, jika biasanya sebuah produsen makanan olahan akan menutup diri jika ada pihak lain yang ingin mengetahui tata cara pembuatan produk mereka. Namun tidak demikian halnya dengan Juragan Keripik Tempe Sagu ini.
“Saya membuka diri bagi siapapun yang ingin belajar, silahkan datang ke lokasi dapur saya atau bisa berinteraksi melalui sistem online. Semuanya gratis,” katanya mengakhiri. (ted)