Budaya  

Ngariung Ala Keluarga Besar H Samsuri

BUDAYA makan bersama dengan melibatkan keluarga besar yang akrab dengan sebutan dalam istilah Betawi, ternyata masih menjadi bagian dari kehidupan seorang H .

Meski telah menyandang predikat sebagai dengan nama yang cukup harum di seantero , namun politisi Partai Gerindra tersebut tetap tak lupa akan budayanya.

“Saya anak Betawi, saya besar dalam kultur Betawi. Jadi sebesar apa pun saya dilihat orang, saya tetaplah anak Betawi yang harus menjaga budaya dan tradisi yang telah berurat berakar di komunitas Betawi,” kata pria yang akrab disapa Bang Haji ini.

Edi Masturo tak sekadar omong, di setiap kesempatan kalau dia memiliki waktu luang, tradisi ini selalu dijalankannya. Bersama keluarga besarnya, mulai dari Sang Ayah , istri Nurhatikah serta Sarwati, Hj Nurhayati dan Helawati yang merupakan kakak kandungnya. Dalam kegiatan tersebut, biasanya kakak ipar, adik, anak dan ponakannya juga turut serta.

Nah, sebagaimana tradisi keluarga Betawi lainnya, kegiatan ngariung juga menyuguhkan makanan khas Betawi. Diantaranya pecak, peda, pete dan jengkol mentah, sambal terasi dan lain sebagainya.

“Ini budaya Betawi, sebagai bagian dari masyarakat Betawi, tradisi ini harus terus dijaga dan hidup di tengah masyarakat. Jangan sampai hanya karena perkembangan zaman dan kesibukan yang kita jalani, tradisi ini terlupakan bahkan dilupakan,” ucapnya arif.

Melalui ngariung, Bang Haji menuturkan, banyak hal yang bisa dilakukan. Selain pastinya membuat jalinan silaturahim antar keluarga semakin erat, pun bisa menjadi ajang yang tepat untuk diskusi yang waktunya semakin jarang didapat.

Sebagai tokoh , Edi Masturo memang sangat dekat dengan budaya dan tradisi tersebut. Bahkan di meja makannya, setiap hari selalu ada khas Betawi tersebut.

Baca Juga   Mang Jujun Dikukuhkan Sebagai Ketua DPD PPSI Kota Depok

“Setidaknya, jagung rebus dan ubi rebus selalu ada,” ujarnya tanpa malu mengungkapkan isi meja makannya.

Menurut Edi, budaya ngariung dan kuliner Betawi yang dikonsumsinya setiap hari, ternyata mampu membuat tubuhnya tetap dan isi kepalanya encer untuk memperjuangkan aspirasi dan hak masyarakat Depok yang dibelanya.

“Saya bisa begini karena kuliner Betawi lho,” ucapnya.

H Samsuri selaku orang tua Edi Masturo kepada mengatakan kalau dirinya sangat bangga akan sang anak yang tetap tak melupakan budayanya sebagai seorang anak Betawi.

“Alhamdulillah, anak saya masih menjalankan budaya dan tradisi ini secara terus menerus. Ini tentunya sebuah kebanggaan bagi saya selaku orang tua, karena saat ini tak banyak lagi anak Betawi yang hidup dalam budaya dan tradisi leluhurnya,” kata H Samsuri mengakhiri. Teddy G Chaniago.