BuliranNews, GEORGETOWN – Kabar mengejutkan datang dari sejumlah ilmuwan terkemuka dunia, di mana mereka memperkirakan saat ini ada sekitar 10 ribu virus yang hidup di tengah hewan-hewan liar, dan berpotensi menginfeksi manusia di masa depan.
Perkiraan ini disampaikan tim peneliti seperti dikutip dari Mashable South East Asia, Jumat (6/5). Artikel tersebut menyebut, para peneliti menemukan fakta bahwa perubahan iklim dapat mendorong risiko penularan virus dari hewan ke manusia.
Studi yang sama memperkirakan akan ada sekitar 15 ribu virus baru yang muncul di tengah interaksi antarhewan pada 2070 mendatang. Perubahan iklim yang mendorong hewan untuk bermigrasi membuat penularan virus dan penyakit akan makin cepat terjadi.
“Kami telah menunjukkan mekanisme baru dan berpotensi menghancurkan munculnya penyakit yang dapat mengancam kesehatan populasi hewan di masa depan, yang kemungkinan besar akan berdampak pada kesehatan kita juga,” kata Gregory Albery, Ahli Ekologi Penyakit di Universitas Georgetown.
“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa dekade ke depan bumi tidak hanya akan semakin panas, tapi juga semakin ‘sakit',” tambahnya.
Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa kontak pertama antara hewan pembawa virus dan manusia yang berpotensi tertular akan terjadi di wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi. Dari sana, potensi terbentuknya klaster akan muncul dan memungkinkan untuk menyebarkan virus ke dunia seperti pandemi Covid-19.
Daerah paling berisiko sebagai lokasi munculnya virus baru ini adalah Sahel, Dataran Tinggi Ethiopia dan Lembah Rift, India, Cina Timur, Indonesia, Filipina, dan beberapa daerah di Eropa.
Penelitian ini juga menunjukkan, upaya pengurangan perubahan iklim sudah terlambat dilakukan. Perubahan iklim yang diperlambat bahkan dapat menyebabkan jumlah penularan yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Alasannya, karena perubahan yang lebih ringan sebenarnya akan memberi banyak spesies mamalia banyak waktu untuk bermigrasi dibandingkan dengan situasi yang lebih ekstrem.
Studi ini juga secara mengejutkan menemukan bahwa sebagian besar pertemuan pertama antara spesies akan terjadi antara 2011 hingga 2040, mendahului perkiraan mereka sekitar lebih dari setengah abad.
“Ini sedang terjadi,” kata para penulis. “Ini tidak dapat dicegah bahkan dalam skenario perubahan iklim terbaik, dan kita perlu mengambil tindakan untuk membangun infrastruktur kesehatan untuk melindungi populasi hewan dan manusia,” lanjutnya. (*/cic)