SAAT gaji belum habis, sudah dapat THR menjelang Lebaran, alangkah bahagianya. Tetapi uang itu bisa ludes dalam sekejap kalau kamu tidak pandai mengatur keuangan.
Biasanya jika dompet lagi tebal, bawaannya bar-bar. Banyak keinginan yang justru bikin kamu bangkrut setelah Lebaran. Sementara gajian berikutnya masih lama.
Bulan puasa harusnya bisa menabung atau investasi lebih besar. Bukan malah sebaliknya, kamu melakukan âdosa’ keuangan. Boros dalam menggunakan uang, sehingga terpaksa gigit jari usai perayaan Lebaran.
Merasa punya uang banyak, mulailah âlapar mata.’ Jebakan finansial yang paling sering dilakukan adalah belanja tak terencana.
Beli barang-barang mahal, padahal tidak sesuai dengan daya belinya. Misalnya belanja baju lebaran seharga Rp 500 ribu, sementara kemampuan hanya Rp 200 ribu.
Tidak sekali saja. Berlanjut borong barang lainnya, seperti kosmetik, sepatu, tas untuk keperluan Lebaran.
Tanpa sadar, lama-lama duit THR tandas. Bahkan malah tekor karena kamu justru menggesek kartu kredit untuk membayar semua itu.
Jebakan lainnya adalah belanja keinginan, bukan kebutuhan. Duit THR dipakai untuk menyalurkan âhasrat’ belanja yang gak penting, seperti beli gadget baru biar bisa pamer ke tetangga di Hari Raya, sampai modif kendaraan.
Atau tergoda dengan diskon Lebaran. Pikirnya belanja hemat karena dapat potongan harga, tetapi karena bar-bar beli dalam jumlah banyak, jatuhnya malah boros. THR terkuras, saldo kartu kredit amblas.
Begitu amit-amit mendadak sakit perlu duit mendesak, gak punya uang sama sekali. Tabungan maupun dana darurat pun nihil, sehingga solusinya utang. THR bukannya mengurangi beban finansial, tetapi justru jadi bibit masalah baru.
Jadi, kalau mau belanja kebutuhan Lebaran, buat catatan dan anggarannya. Belanja sesuai daftar, dan manfaatkan promo asal jangan kebablasan.
Memakai dana darurat
THR sudah cair, kok masih pakai dana darurat untuk Lebaran? Dana darurat kan untuk persiapan kalau keuangan sedang gawat.
Bukannya saldo dana darurat ditambah dengan uang THR, malah âdisedot’ untuk membeli keperluan Lebaran, apalagi yang sifatnya konsumtif. Ini sih termasuk âdosa’ berat.
Contohnya untuk mudik atau liburan. Seharusnya biaya mudik diambil sebagian dari THR. Sementara liburan, mestinya dipersiapkan jauh-jauh hari.
Kalaupun kamu belum punya dana liburan, jangan utak atik dana darurat. Kamu dapat menunda mudik, dan alokasi bujetnya dipakai untuk liburan. Lagipula mudik dilarang karena pandemi.
Duit THR bisa kamu bagi-bagi untuk kebutuhan Lebaran. Misalnya 40% dialokasikan buat mudik atau liburan, 30% untuk bayar cicilan utang, 20% beli baju Lebaran dan lainnya, serta sisanya 10% untuk zakat dan sedekah.
Jika memilih tidak mudik maupun liburan, kamu bisa mengalihkan THR untuk melunasi utang. Namun bila catatan keuanganmu bersih dari kewajiban utang, semakin besar uang yang dapat disisihkan untuk dana darurat, tabungan atau investasi.
Menarik dana investasi
âDosa’ keuangan lainnya adalah menarik dana investasi. Ini sama seperti menggunakan dana darurat buat Lebaran. Sama-sama dilarang.
Sepenting apa sih keperluan Lebaranmu, sampai-sampai harus mengorbankan dana investasi? Beli baju baru, makan ketupat opor ayam, bagi-bagi amplop? Itu gak wajib.
Hari Raya itu yang paling penting hatimu. âHati yang baru.’ Menghapus sifat dendam, iri, dengki dengan saling memaafkan.
Semestinya kamu mengamankan investasi dengan uang THR. Menambahnya, bukan malah mengurangi. Jika menarik dana investasi untuk tambahan Lebaran, berarti kamu sudah merusak masa depan dan tujuanmu.
Mengabaikan utang
Penggunaan THR sebetulnya punya prioritas. Sangat disarankan uang THR untuk membayar kewajiban utang. Kalau perlu dilunasi biar gak jadi beban keuanganmu lagi.
Utamakan membayar cicilan utang yang sudah mendekati jatuh tempo, bunga besar, atau yang sudah lama menumpuk. Misal utang sewa kontrakan, kartu kredit, maupun pinjaman online.
Jangan sampai dapat THR, tapi pura-pura lupa utang. Utang malah dinomorsekiankan. Kalau kamu menunggak, justru akan menimbulkan masalah besar setelah Hari Raya, seperti kena denda keterlambatan, utang pokok dan bunga menumpuk, sampai didatangi debt collector atau sita aset.
Sisihkan 30% dari THR untuk bayar cicilan utang. Atau semakin besar alokasinya, semakin bagus supaya utang cepat lunas dan bisa tidur nyenyak.
Cuek menabung
Gak ada yang tahu nasib seseorang ke depan seperti apa. Terlebih di masa pandemi. Sekarang banyak uang, gaji dan THR masih full. Tetapi bagaimana dengan hari esok atau lusa?
Ketika tetiba kena PHK, gak terima pesangon, paceklik keuangan, parahnya lagi gak punya tabungan. Ya salam, rasanya dunia berhenti seketika.
Tabungan akan menyelamatkanmu dari krisis finansial. Sebab, bisa ditarik sewaktu-waktu bila kamu membutuhkan uang tunai segera.
Maka dari itu, THR jangan cuma dihabiskan untuk kesenangan sesaat. Pikirkan juga masa depanmu. Alokasikan 20% dari THR untuk tabungan agar hidupmu tenang. ***