Budaya  

Deretan Suku yang Suka Merantau di Indonesia

1. merantau | Buliran.com

TERNYATA ada beberapa suku di Indonesia yang gemar . Bahkan, merantau sudah menjadi tradisi atau budaya yang sejak ratusan tahun lalu diturunkan oleh para leluhur mereka dan diteruskan hingga kini.

Merantau adalah perginya seseorang dari tempat asal di mana ia tumbuh besar ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman sekaligus meraih kesuksesan.

Banyak orang Indonesia dari berbagai etnis pergi dari tempat asalnya menuju dan menetap di wilayah lain. Bermacam-macam latar belakang, tujuan, dan motivasi yang mendorong mereka pergi merantau.

Dari sekian banyak etnis itu, ada beberapa etnis yang warganya melakukan aktivitas merantau dalam jumlah yang sangat signifikan, sehingga etnis tersebut bisa diklasifikasikan sebagai suku dengan budaya atau .

1. Suku

Merantau sesungguhnya tak bisa dipisahkan dari masyarakat Minangkabau. Asal usul kata “merantau” itu berasal dari bahasa dan budaya Minangkabau yaitu “rantau”. Rantau pada awalnya bermakna wilayah-wilayah yang berada di luar wilayah inti Minangkabau (tempat awal mula peradaban Minangkabau).

Peradaban Minangkabau mengalami beberapa periode atau pasang surut. Wilayah inti itu disebut “darek” (darat) atau luhak nan tigo. Aktivitas orang-orang dari wilayah inti ke wilayah luar disebut “marantau” atau pergi ke wilayah rantau. Lama kelamaan wilayah rantau pun jadi wilayah Minangkabau.

Seorang laki laki Minangkabau saat menginjak usia dewasa muda (20-30 tahun) sudah didorong pergi merantau oleh kultur atau budaya adat Minangkabau yang dianut suku tersebut sejak dulu kala, entah kapan bermulanya, tak bisa diketahui secara pasti. Namun, diperkirakan sekitar abad ke-7.

2. Suku Bugis-Makassar

Suku Bugis-Makassar juga termasuk suku yang gemar mengembara atau merantau. Seperti Minangkabau, keturunan suku Bugis-Makassar juga bertebaran di seantero . Hampir di semua wilayah Asia Tenggara terdapat komunitas Bugis-Makassar sejak berabad-abad yang lalu.

Baca Juga   Ragam Rumah Adat Sumatera Utara

Diaspora manusia Bugis-Makassar sangat intens terjadi semenjak kalahnya Kerajaan Gowa ketika berperang melawan Belanda yang diakhiri dengan Perjanjian Bongaya pada tahun 1667 yang terasa sangat mengikat dan menghina kaum Bugis-Makassar.

Setelah kekalahan dari Belanda dan rasa tertindas oleh Perjanjian Bongaya, manusia-manusia merdeka Bugis-Makassar pun berhamburan meninggalkan tanah kelahiran mereka. Dengan kapal mereka mengembara ke wilayah lain di Nusantara, bahkan juga ke sejumlah negara lain.

Keperkasaan pengembara-pengembara Bugis-Makassar juga terekam dalam hikayat-hikayat Bugis-Makassar, bahkan dalam hikayat Minangkabau. Tidak jarang terjadi konflik antara keduanya, Bugis-Makassar dan Minangkabau dalam perebutan di Kerajaan Melayu. Salah satunya adalah kasus perebutan tahta Kesultanan Johor di semenanjung Malaya.

3. Suku Banjar

Tanah asal Suku Banjar berada di Kalimantan Selatan, tetapi kita dapat menemukan keturunan Suku Banjar dalam jumlah yang cukup signifikan di beberapa wilayah, seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, , Jambi, Sumatera Utara, Jawa Timur, bahkan di luar negeri seperti di Malaysia, , dan Brunei.

Aktivitas merantau orang-orang Banjar sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, bahkan ribuan tahun yang lalu. Keturunan mereka juga berkembang di wilayah-wilayah tersebut di atas. Di perantauan, identitas mereka masih bisa dikenali sebagai orang Banjar perantauan.

Migrasi keluar Pulau Kalimantan, bukan hanya oleh Suku Banjar. Namun, jauh ribuan tahun sebelumnya, tetangga Suku Banjar, yaitu manusia proto Suku Dayak Maanyan, diperkirakan telah melakukan migrasi ke Pulau Madagaskar.

Sejarah Madagaskar mengisahkan bahwa keturunan bangsa itu adalah orang Indonesia dan diperkirakan dari orang Banjar. Sebanyak 30 perempuan dari Nusantara yang ribuan tahun lalu menemukan Madagaskar, hampir dipastikan dari Suku Banjar.

4. Suku Bawean

Populasi Suku Bawean memang tidak banyak, tetapi kalau dihitung persentase perantaunya, dibanding populasi keseluruhan, didapat angka yang cukup tinggi. Kampung halaman mereka di pulau kecil yaitu Pulau Bawean, di tengah laut luas antara dua pulau besar yaitu Kalimantan dan Jawa.

Baca Juga   Kelurahan Jati Jajar Hadirkan Pelatihan Membatik

Mereka banyak merantau ke Malaysia sejak masih ramainya kota pelabuhan Malaka pada sekitar abad 19. Di Malaysia mereka lebih dikenali sebagai orang Boyan. Walaupun jumlah populasi perantaunya tidak begitu banyak, namun dapat dikategorikan bahwa orang Bawean termasuk manusia perantau sejak lama.

5. Suku Batak

Suku Batak termasuk yang belakangan melakukan aktivitas merantau. Meski budaya merantau Suku Batak tidak setua Suku Minangkabau, Banjar, dan Bugis, tetapi meratau kini sudah menjadi salah satu budaya Suku Batak.

Tradisi merantau Suku Batak baru sekitar satu abad lebih, yaitu abad 19 dan 20, tetapi itu berlangsung secara sangat intens belakangan ini. Bahkan, kini hampir seluruh Nusantara sudah ada orang dari Suku Batak.

Motif merantau orang Batak Toba sendiri terdapat dalam falsafah hidup mereka, yakni Hagabeon, Hasangapon, Habontaron, dan Harajaon. Bagi orang-orang dari Suku Batak merantau bertujuan untuk meraih kehidupan yang lebih baik, berusaha bertahan di suatu daerah, dan membentuk kehidupan baru di luar kampung halaman.

6. Suku Madura

Satu lagi dari Nusantara ini yaitu Suku Madura. Tanah asal Suku Madura adalah Pulau Madura, tetapi di ujung Timur Pulau Jawa juga telah menjadi kampung halaman mereka. Kaum Madura telah tersebar di bagian lain Nusantara ini sejak ratusan tahun yang lalu.

Walaupun jumlah populasi perantaunya tidak sebanyak orang Minangkabau dan Bugis-Makassar, mereka tetap bisa disebut sebagai suku perantau. Orang Madura banyak merantau ke Kalimantan dan wilayah lainnya di Pulau Jawa, selain Jawa Timur.

Sekarang ini kita juga bisa menemukan perantau Madura di Pulau Sumatera. Orang orang dari Suku Madura juga dikenal ulet, tidak gampang menyerah, yang menjadi modal utama para perantau.

Baca Juga   Jalur Pantura Cirebon Mulai Diramaikan Pemudik Bermotor

7. Suku Jawa

Apakah suku Jawa juga dapat dikategorikan sebagai suku yang suka merantau atau memiliki tradisi merantau? Sebenarnya agak sulit dijawab, karena ada dua alasan.

Pertama, orang Jawa memiliki ungkapan klasik, seperti “mangan ora mangan asal kumpul”. Dari ungkapan ini tercermin bahwa Suku Jawa tidak memiliki tradisi merantau.

Kedua, sekarang ini orang Jawa sudah ada di mana-mana, di hampir seluruh pelosok negeri ini, bahkan di berbagai negara pun sudah banyak orang Jawa.

Karena itu, dapat dikatakan bahwa meskipun orang Jawa dari dulu tidak memiliki tradisi merantau, seperti suku Minangkabau, Bugis-Makassar, Banjar, dan suku-suku di atas, tetapi dalam beberapa puluh tahun terakhir, Suku Jawa telah menumbuhkan budaya baru, yaitu budaya merantau tersebut.

Menariknya, Suku Jawa ini di mana-mana sangat mudah beradaptasi dan sangat diterima oleh suku-suku lain. ***