Atasi Kejenuhan Siswa Saat Belajar Daring, Guru Harus Lebih Kreatif & Atraktif

SUDAH HAMPIR satu setengah tahun, para siswa tak bisa belajar normal atau tatap muka. Mereka harus belajar secara daring, sebagaimana instruksi dari pemerintah. Meski pola pembelajaran seperti ini jelas sangat tidak efekif, namun tetap harus dilakukan agar proses belajar mengajar tidak terganggu.

Untuk mengatasi persoalan demikian, tentu semua pihak perlu memikirkan bagaimana cara yang efektif dalam menjembatani persoalan dimaksud. Karena, suka tidak suka, proses pembelajaran atau transfer ilmu tak boleh terganggu hanya karena persoalan wabah penyakit atau virus.

Demikian dikatakan , H SPd MPd saat berbincang-bincang dengan terkait kondisi pembelajaran yang tidak efektif beberapa waktu belakangan ini.

 

“Harus diakui, pola pembelajaran saat ini jelas sangat tidak efektif. Karena siswa menjadi tidak enjoy saat harus menerima ilmu yang diajarkan guru-guru mereka,” ucapnya.

H Uwoh Pramijaya SPd MPd

Sebagai praktisi pendidikan, Uwoh mengatakan ada beberapa yang bisa dilakukan para guru saat proses belajar daring tersebut dilaksanakan. Diantaranya guru harus lebih , kreatif dan atraktif saat mengajar.

“Tujuannya jelas agar anak didik atau siswa tidak bosan,” ujarnya.

Selanjutnya, guru harus mencari solusi agar anak didiknya enjoy dalam menerima bahan ajar yang diberikan.
Tak hanya guru yang harus melakukan berbagai terobosan, pihak orang tua atau wali murid juga harus melakukan pengawasan secara ketat. Sehingga pelajaran yang diberikan tidak mengirap begitu saja.

“Nah, di sini semua pihak dituntut berperan aktif dalam menciptakan kreasi yang inovatif dengan pengawasan yang melekat, sehingga proses belajar mengajar dengan pola daring seperti yang dilakukan saat ini tetap memberikan hasil yang optimal,” tuturnya.

Baca Juga   Agar Siswa Tak Bosan Belajar Daring, Guru Harus Mampu Berkreasi & Berinovasi

Saat disinggung menyangkut perbandingan kualitas yang dihasilkan dari pola pembelajaran daring dan luring, secara tegas Uwoh mengatakan sangat jauh sekali.

“Gak usah ditanya, sistem tatap muka atau luring pasti lebih efektif dan lebih berkualitas,” kata Uwoh Pramijaya yang juga menjabat sebagai kepala Menengah Kejuruan (SMK) Madya ini mengakhiri. (ted)