BuliranNews, JAKARTA – Jeritan masyarakat jelang masuknya Ramadhan tahun ini, dipastikan akan semakin keras. Tak hanya perekonomian yang jauh dari kata stabil, pun harga barang kebutuhan barang harian yang melonjak tak terkendali.
Salah satu contohnya adalah harga minyak goreng yang makin meroket pasca dicabutnya HET untuk minyak goreng kemasan. Sekarang harga “barang langka” tersebut menjadi kian wah dengan menembus angka Rp 60.000 untuk dua pouch liter. Dan Rp 21.000 hingga Rp 25.000 untuk pouch ukuran 1 liter.
Dari pantauan lapangan, minyak goreng kemasan kini tak lagi langka seperti saat harga masih dipatok dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp14.000 per liter. Hal ini terjadi setelah pemerintah melepas harga migor ke keekonomian per 16 Maret 2022.
Pascapengumuman itu, harga minyak goreng sudah terbang hampir 70% karena pemerintah mencabut aturan harga eceran tertinggi di Rp14.000 per liter. Sehingga kebanyakan di gerai ritel hingga e-commerce harga minyak goreng dijual mulai dari Rp20.000 – 24.000 per liter. Bahkan, ada yang sampai Rp50 ribu per 2 liter.
Lalu berapa harga keekonomian minyak goreng yang sebenarnya?
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, membeberkan harga keekonomian minyak goreng di tengah mekanisme yang diatur saat ini lepas ke pasar. Hal ini juga ditanyakan oleh Komisi VI DPR RI saat melakukan rapat kerja bersama.
Anggota Komisi VI DPR RI Nusron Wahid, sebelumnya bertanya kepada Mendag mengenai harga keekonomisan pasar, karena dengan dicabutnya harga eceran tertinggi (HET) Rp14 ribu per liter itu cukup menyusahkan masyarakat.
“…berapa harga keekonomian minyak goreng? Kan diserahkan kepada pasar. Tadi argumennya supaya pengusaha itu tidak punya insentif dan inisiatif untuk ekspor. Karena ekspor tidak jauh lebih manis,” tanya Nusron.
Menurut Nusron, banyak masyarakat membeli minyak goreng kemasan 2 liter per bulan. Dimana menurutnya akan terjadi pergeseran konsumsi dari minyak goreng kemasan menjadi membeli minyak goreng curah. Saat ini memang minyak goreng curah terpaut jauh harganya hanya Rp14 ribu per liter karena disubsidi.
Lutfi menerangkan harga keekonomian untuk minyak goreng curah seharusnya itu di angka Rp18 ribu per liter pada saat ini.
“Rp18 ribu itu curah. Sudah jadi minyak siap distribusi untuk capai Rp14 ribu itu butuh subsidi Rp4.000,” katanya.
Sementara untuk harga keekonomian, minyak goreng kemasan menurut hitungannya mencapai Rp 20.000.
“Kalau harga CPO Rp15.700 itu kira kira Rp 20.000 (untuk harga keekonomian migor kemasan) harga sekarang lagi naik mereka lagi berburu market place-nya nanti ada market leader ke bawah, begitu barang berlimpah harga akan ter-adjust. Adjustment-nya Rp21 – 22 ribu,” kata Lutfi.
Kunci Harga Keekonomian
DPR mendesak agar pemerintah mengunci harga keekonomian minyak goreng. Jika melebihi angka yang ditentukan maka opsi larangan ekspor minyak sawit mentah bisa dilakukan.
“Kalau ada harga naik atau apa kita kunci saja, misalkan untuk harga keekonomiannya Rp20 – Rp 21 ribu pak Menteri kita minta setop ekspor CPO, orang CPO produksi Indonesia. Arab saja bisa atur harga minyak dunia. Ini Indonesia mana yang katanya Berdikari,” kata Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Muhammad Hekal mengatakan bila pemerintah tidak bisa mempertahankan harga minyak curah di harga Rp14 ribu dan kemasan di bawah Rp22 ribu maka DPR minta pemerintah menutup ekspor CPO.
Dalam kesimpulan rapat dituliskan juga Komisi VI meminta Kementerian Perdagangan ketika kewajaran harga tidak tercapai, maka pemerintah harus mengeluarkan pengaturan untuk menghentikan ekspor.
“Nanti kita bahas di Panja ini angka kewajarannya,” kata Hekal. (*/dce/cic)