VARIAN DELTA PLUS, mutasi turunan dari virus corona varian Delta yang dikenal sangat menular, telah terdeteksi di Indonesia. Temuan varian Delta Plus di Indonesia diketahui setelah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mendapat kiriman sampel dari Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi.
“Iya. Kita temukan varian Delta Plus di Jambi dan Mamuju,” kata Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Subandrio, seperti dikutip dari laman Kompas.com, Rabu (28/7).
Apa itu varian Delta Plus, dan apa bedanya dengan varian Delta sebelumnya?
Berikut 6 fakta yang perlu kita virus Delta Plus:
1. Mengapa dinamakan Delta Plus?
Dikutip dari Reuters (23/7), varian Delta Plus diidentivikasi sebagai B.1.617.2.1 atau AY.1. Mutasi ini adalah sub-garis keturunan dari varian Delta yang pertama kali terdeteksi di India dan telah memperoleh mutasi protein lonjakan yang disebut K417N.
Protein lonjakan ini juga ditemukan dalam varian Beta yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan. Beberapa ilmuwan khawatir bahwa mutasi, dengan fitur lain dari varian Delta, dapat membuatnya lebih menular. Karena masih terkait erat dengan varian Delta, maka varian itu disebut Delta Plus dibanding varian lain yang penyebutannya sesuai huruf lain dalam alfabet Yunani. Adapun penyebutan alfabet Yunani ini berdasarkan sistem penamaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk varian Covid-19.
2. Pertama kali di India
India melaporkan sekitar 40 kasus varian Delta Plus telah diamati di negara bagian Maharashtra, Kerala dan Madhya Pradesh. Kasus Delta Plus paling awal di India adalah dari sampel yang diambil pada 5 April 2021. Pada 16 Juni 2021, setidaknya 197 kasus Delta Plus telah ditemukan di 11 negara. Negara dengan varian Delta Plus tersebut meliputi Inggris (36 kasus), Kanada (1), India (8), Jepang (15), Nepal (3), Polandia (9), Portugal (22) , Rusia (1), Swiss (18), Turki (1), Amerika Serikat (83).
3. Terdeteksi di Sumatera dan Sulawesi
Varian Delta Plus juga dilaporkan di Indonesia. Tepatnya di Jambi, Pulau Sumatera dan di Mamuju, Sulawesi Barat.
4. Apakah lebih menular?
WHO dan lembaga kesehatan di berbagai negara masih terus meneliti tentang varian ini. Mengutip National Geographic, 3 Juli 2021, karena tes genomik masih terbatas di India, Nepal, dan negara-negara lain di mana Delta Plus menyebar, masih belum ada kesimpulan apakah varian ini lebih menular.
“Belum ada urutan yang cukup untuk membuat penentuan tentang penularan, kematian, dan lolosnya vaksin dalam populasi,” kata Jameel, direktur Sekolah Biosains Trivedi Universitas Ashoka.
Para ilmuwan perlu menguji varian di laboratorium dan melihat jumlah virus yang diketahui dengan jumlah antibodi dari orang yang divaksinasi. Hasil awal dari penelitian mengungkapkan bahwa antibodi dari individu yang divaksinasi dapat menetralkan beberapa varian Delta Plus.
5. Gejala
Mengutip Hindustan Times, Selasa (27/7), ahli virologi India menyebut bahwa varian Delta Plus memiliki beberapa gejala yang sama dengan varian Delta dan varian Beta. Berikut gejala yang diakibatkan infeksi varian Delta Plus: Batuk Diare Demam Sakit kepala Ruam kulit Perubahan warna jari tangan dan kaki Nyeri dada Sesak napas Adapun gejala lain yang diidentifikasi oleh para ahli terkait varian Delta Plus adalah sakit perut, mual dan kehilangan napsu makan.
6. Efektivitas vaksin
Seperti yang disebutkan sebelumnya, sejauh ini belum ada data yang cukup terkait efektivitas vaksin terhadap varian Delta Plus. Akan tetapi, vaksin Covid-19 terbukti efektif terhadap berbagai varian virus corona, termasuk varian Delta.
Melansir Medical News Today, 6 Juli 2021, vaksin Pfizer efektif terhadap varian Delta hingga 96 persen. Sedangkan vaksin AstraZeneca efektif terhadap varian Delta hingga 92 persen. Keduanya dengan penyuntikan dosis lengkap. Vaksin lain, seperti Moderna dan Covaxin juga menunjukkan bahwa mereka mampu menetralkan varian virus ini.
7. Cara mencegah
Covid-19 varian baru Menurut ahli mikorbiologi Jason Tetro tingkat penularan virus corona ini sudah terprediksi sebelumnya dan meurut dia tidak mengejutkan. Sementara Direktur Medis dari Sollis Health di Los Angeles, AS, Scott Braunstein menyebutkan pertahanan terbaik dari virus apa pun variannya adalah dengan terus mengurangi peluang terpapar.
“Strain baru diperkirakan memiliki protein lonjakan (spike protein) yang ‘terbuka’ lebih lama dari aslinya, memungkinkannya dapat memasuki sel manusia lebih efisien, sehingga lebih mudah menular,” jelasnya.
Berikut cara mencegah virus corona varian baru
1. Ikuti langkah pencegahan
Ada tiga langkah pencegahan ABC yang direkomendasikan Jason Tetro, antara lain: Airway: Lindungi diri dengan menggunakan pelindung seperti masker, face shiled, disenfektan, dan lain sebagainya Buble (gelembung): memastikan berhubungan hanya dengan orang-orang yang dikenal dan dipercaya Contact: Sebaiknya menggunakan aplikasi pelacakan kontak. Berinteraksi dengan orang dalam gelembung jika ada yang terinfeksi akan mudah melakukan pelacakan.
2. Batasi lingkaran sosial Virus corona varian apa pun bisa juga dicegah dengan membatasi lingkaran sosial. Sebab, jika gelembung sosial kian membesar, maka akan semakin menyulitkan pelacakan jika salah satunya positif. Tetro mengakui, pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Membatasi diri atau melakukan isolasi sosial adalah pilihan sulit dan tidak menyenangkan. “Jika Anda memutuskan untuk keluar, Anda harus bersama beberapa orang yang sangat terpercaya,” kata Tetro.
3. Gunakan masker yang benar Menurut CDC, masker kain bisa melindungi diri virus. Namun hal itu tergantung pada jenis kain, jumlah lapisannya dan kecocokan masker dengan masing-maing individu.
4. Sering mencuci tangan CDC terus mengampanyekan jaga kebersihan, terutama tangan. Seringlah mencuci tangan dengan sabun setidaknya 20 detik. Jika tidak bisa, Anda bisa menggunakan hand sanitizer deengan kandungan alkohol setidaknya 60 persen. 5. Vaksinasi Vaksin sangat penting untuk memperlambat penyebaran virus dan mengurangi keparahan penyakit.
Sumber : Kompas