Krisis Chipset Semikonduktor Lambungkan Harga Laptop

5. laptop | Buliran.com

BEBERAPA waktu belakangan ini, harga laptop di dalam negeri makin melambung karena adanya krisis chipset semikonduktor selama pandemi. Peningkatan harga cukup signifikan untuk berbagai merek laptop di pasaran.

Jika melihat produk laptop baru yang dipasarkan pada laman official seller di e-commerce, minimal untuk pembelian laptop kelas menengah harus merogoh kocek mencapai Rp 5 juta. Namun, itu pun spesifikasi yang didapatkan sekelas prosesor Intel Celeron.

Sementara jika mau mendapatkan tingkatan prosesor yang lebih tinggi seperti i3 dan i7 atau sejenisnya harus merogoh kocek minimal Rp 7 juta ke atas.

Seperti jenis laptop Acer Aspire 5 core i3 harus merogoh kocek sampai Rp 8,5 juta itu pun harus pre-order. Sementara Acer Aspire 5 Slim dengan prosesor i7 dijual dengan harga Rp 12,7 juta.

Beralih pada merek lain, seperti Asus menjual jenis laptop Vivobook termurah pada angka Rp 4,5 juta dengan prosesor intel Celeron. Sementara Vivobook 15 dengan prosesor i3 di jual Rp 7,2 juta.

Kenaikan harga ini tidak lepas dari krisis chipset yang terjadi di berbagai belahan dunia.

Menurut Head of Public Relations Asus Indonesia System BG, Muhammad Firman, mengatakan kelangkaan semikonduktor membuat pasokan CPU, GPU, RAM, hingga SSD sampai chip – chip lainnya yang terpasang di motherboard atau otak dari komputer terbatas.

“Hal ini membuat jumlah laptop yang bisa diproduksi pun berkurang, dan hal ini tidak hanya pada laptop atau computer desktop. Perangkat elektronik lain yang menggunakan chip mulai dari smartphone sampai mobil mengalami kendala,” kata Firman, seperti dikutip dari laman CNBC Indonesia, Rabu (9/3).

Setidaknya dari kondisi kelangkaan ini pabrikan terpaksa menaikkan harga jual laptop, untuk membeli kembali komponen semikonduktor untuk proses produksi berikutnya.

Baca Juga   Singkirkan Dewa United, Persis Susul RANS ke Liga 1

“Kenaikan harga cukup signifikan, bisa sampai 30%,” kata Firman.

Ditambah permintaan masyarakat saat ini tengah melonjak akan permintaan laptop. Dimana kebutuhan berbagai pekerjaan hingga sekolah dilakukan secara daring.

Makanya upaya yang dilakukan untuk menjaga kestabilan harga, mulai dari menjaga kestabilan stok. Menurut Firman dari 2021 lalu, Asus berhasil meningkatkan produksi dan pengiriman laptop ke Indonesia dibandingkan 2020 dan 2019. Namun kelangkaan chipset ini masih terus berlanjut hingga 1-2 tahun ke depan.

“Namun kondisi kelangkaan chipset ini kemungkinan masih akan terus berlanjut sampai 1-2 tahun ke depan. Di sisi lain, era new normal ini membuat masyarakat semakin butuh dengan perangkat laptop ataupun PC desktop untuk bekerja dari rumah dan sekolah dari rumah. Kita sendiri berharap bisa lebih optimal dalam mengalokasikan stok perangkat-perangkat laptop dan desktop kita yang hanya sedikit ini untuk disebar ke sebanyak mungkin pengguna di Indonesia, tidak hanya di kota-kota besar saja,” kata Firman. ***