RANAHMINANG pastinya tak akan pernah ingkar janji soal kulinernya yang menggugah selera. Masing-masing daerah bahkan punya sajian khas dan legendaris yang berbeda satu dengan lainnya, salah satunya adalah ampiang dadiah.
Ampiang dadiah adalah salah satu warisan khazanah kuliner Minangkabau. Dulunya dadiah dapat dijumpai dengan mudah di dataran tinggi seperti Kabupaten Tanah Datar, Limapuluh Kota, Kabupaten Solok dan Agam sebagainya.
Dadiah merupakan susu kerbau yang difermentasi secara alami di dalam buluh atau ruas batang bambu, sementara ampiang adalah emping beras. Jadi ampiang dadiah merupakan dua komponen yang terpisah, namun ketika sangat cocok dipadukan ketika dimakan.
Sepintas, dadiah mirip dengan produk fermentasi susu lain yang lebih populer, yaitu yoghurt. Namun keduanya memiliki perbedaan dalam segi bahan utama dan tekstur. Dadiah hanya bisa diolah dari susu kerbau segar.
Proses pembuatan dadiah dimulai dengan memasukkan air susu kerbau segar ke dalam ruas bambu sepanjang 20 hingga 30 cm. Lantas ruas bambu tersebut ditutup rapat dan disimpan untuk proses fermentasi.
Untuk menikmati dadiah, biasanya dicampur dengan ampiang, itulah kenapa namanya ampiang dadiah. Rasa asam dadiah berpadu dengan kerenyahan ampiang ditambah siraman gula aren, kombinasi yang sulit dijelaskan keunikannya.
Kuliner ampiang dadiah, dari tahun ke tahun ternyata tak pernah tergerus zaman. Meskipun dadiah semakin sulit dicari, namun pecinta yoghurt khas Tanah Minang ini tetap saja berupaya mendapatkannya.
Meskipun masih bisa ditemukan, namun penjual dadiah sekarang, tidaklah sebanyak dulu dan hanya bisa ditemukan di beberapa tempat tertentu saja. ***