BERCERITA tentang Camat Tapos, H Abdul Mutolib, tak akan pernah ada habisnya. Tak hanya piawai menarik perhatian staff dan masyarakat, pun selalu memberikan teladan yang cukup unik dalam melakukan pendekatan dan juga sosialisasi kegiatan pemerintahan untuk zaman sekarang.
Bagaimana tidak, tampil dengan balutan seragam ataupun pakaian sederhana, Pak Abu demikian dia biasa disapa, bisa menyelinap kemanapun dia mau untuk memastikan pelayanan publik telah berjalan dengan baik atau belum.
“Pernah satu ketika, saya kaget. Pagi-pagi sekali ada seseorang menanyakan toilet kelurahan. Begitu ditunjukin, karena saya curiga, lantas saya ikuti. Astagfirullah, saya kaget bukan kepalang ternyata yang datang pagi-pagi itu adalah Pak Camat Tapos, H Abdul Mutolib,” kata Kasi Pem Kelurahan Cimpaeun, M Jufriansyah dengan mata berbinar saat menyebut nama Sang Camat.
Kekagetan Sang Kasi, ternyata belum apa-apa dibandingkan dengan kejadian serupa yang dialami oleh Komarudin (64). Saat mengikuti kegiatan subuh keliling, ternyata dia bertemu dengan Pak Camat.
“Awalnya saya tak tahu kalau beliau camat, namun setelah mendengarkan paparan beliau tentang pembangunan daerah Tapos dan bertanya kanan kiri, baru saya percaya kalau di hadapan jamaah subuh berdiri seorang camat. Ini cukup aneh, bagaimana mungkin beliau hadir di sebuah kegiatan subuh yang jauh dari kediamannya,” ucap Ki Komar masih dengan raut tak percaya.
Itu mungkin hal kecil saja yang dialami oleh Jufri dan Komar. Padahal, banyak kegiatan dan kontribusi nyata lainnya yang juga selalu dihadirkan oleh H Abdul Mutolib.
“Melibatkan kami dalam grup Whats App serta mengundang kami para ketua LPM secara rutin, juga bukan hal yang biasa. Karena, kami para ketua LPM biasanya paling banter berurusan dengan Pak Lurah, jadi untuk hal ini, jempollah buat Pak Camat,” ucap Didin Sutisna, ketua LPM Leuwinanggung.
Kegiatan berupa apel mingguan secara rutin yang digelar dari kelurahan ke kelurahan serta Jumat keliling yang juga dari masjid ke masjid, adalah bentuk lain dalam safari merakyat seorang Abdul Mutolib.
“Itu hal yang baru dan belum pernah ada, menurut saya ini sebuah catatan manis yang perlu kita apresiasi bersama,” ucap Wawan Setiawan, Kasi Kemas dan Pelayanan Kelurahan Leuwinanggung.
Andi Sunardi selaku Kasi Ekbang di Kelurahan Jatijajar, juga mendapatkan pelajaran berharga dari kedisiplinan H Abdul Mutolib yang senantiasa taat jadwal dan waktu yang disodorkan.
“Pada kegiatan Pentas Seni dan Budaya Kelurahan Jatijajar akhir tahun lalu, saya benar-benar dibuat kaget. Saat belum ada peserta dan juga panitia selain saya sebagai panitia inti, tiba-tiba saja datang Pak Camat. Bagaimana saya tidak kaget, saat itu di lokasi kegiatan benar-benar belum ada orang,” kata Andi geleng-geleng kepala.
H Syaroni, seorang kepala sekolah di Tapos malah berkomentar unik. Saat baru merencanakan ingin bertemu Pak Camat di kantor kecamatan, justru dia mendapat berkah menjumpai Sang Camat di Masjid Al Chasanah saat Jumat keliling.
“Terus terang, paparan yang beliau sampaikan yang detail dan bernas, sangat mudah dipahami sehingga saya tak merasa perlu lagi datang menjumpai beliau di kantor kecamatan,” katanya.
HM Taufik, seorang legislator di DPRD Kota Depok ternyata senada dan seirama dengan statemen sejumlah warga di atas. Menurutnya, Camat Tapos telah memberikan sejumlah bukti atas dedikasinya selama ini.
“Menjadikan kafilah Kecamatan Tapos sebagai yang terbaik di arena MTQ Kota Depok dan menempatkan Kecamatan Tapos sebagai peringkat pertama perolehan PBB dengan capaian 129 persen, menurut saya telah cukup jadi garansi. Jadi yang terbaik adalah dukung saja apa yang telah diperbuatnya. Kalaupun belum memenuhi ekpektasi semua orang, menurut saya itu hal yang wajar. Lagi pula yang bersangkutan baru empat bulan menjadi Camat di Kecamatan Tapos,” kata Taufik dengan bijak.
H Abdul Mutolib memang Camat yang punya semangat tinggi dalam mendedikasikan kemampuannya untuk membangun Kecamatan Tapos. Beragam kreasi dan inovasi dilahirkannya demi menjadikan Kecamatan Tapos menjadi kecamatan terbaik di Kota Depok.
“Pak Camat orangnya sangat dekat dengan siapapun. Beliau tak malu dan segan saat menyapa dan bercengkaram dengan kami. Dan satu hal yang selalu menjadi perhatian saya adalah, beliau selalu datang paling awal dan pulang paling terakhir,” kata Bonen, office boy yang telah 8 tahun mengabdi di Kecamatan Tapos.
Dengan berbagai kegiatan dan kreasi yang telah dilakukannya, tentunya menjadi sebuah pertanyaan jika ada suara sumbang yang mengatakan kalau Pak Camat Tapos belumlah melakukan apa-apa di Kecamatan Tapos.
Setidaknya, orang-orang di atas bisa dimajukan ke depan sebagai saksi terhadap kerja dan juga kinerja seorang Abdul Mutolib. ***