TERDENGAR sepele, namun begitulah adanya. Camat Kecamatan Tapos, Kota Depok, Abdul Mutolib menyadari sekali, kalau sebuah usaha dilebihkan, tentunya hasil yang didapat pun akan dilebihkan.
Berkaca dari penggalan pepatah dari Jazirah Arab sana, Pak Camay Abu di 100 hari pemerintahannya mencoba untuk melahirkan berbagai kreasi dan inovasi agar wilayah yang dipimpinnya berada di posisi terdepan di antara wilayah lainnya yang ada di Kota Depok.
Ternyata semua itu tak sia-sia, berkat tangan dinginnya, Tapos mencuat ke permukaan sebagai sebuah kecamatan yang senantiasa harus diperhitungkan di antara 11 kecamatan yang ada di Kota Depok.
Keteladanan Abdul Mutolib dalam bekerja seperti datang lebih awal dan pulang paling belakangan pun mendapat apresiasi dari staf-stafnya di Kecamatan Tapos. Tak sekadar itu, ruang kerja Camat pun senantiasa dibiarkan terbuka, sehingga siapapun biasa berdiskusi, berkomunikasi ataupun sekadar beramah tamah dengan orang nomor satu di Kecamatan Tapos tersebut.
“Keterbukaan akan lebih mendekatkan pimpinan dengan staf dan juga masyarakat. Dan ini juga sebuah bentuk keterbukaan saya untuk menerima segala macam masukan, kritikan dan lain sebagainya demi Kecamatan Tapos yang lebih baik, lebih maju dan lebih berkualitas,” katanya beralasan.
Tak sekadar menunjukkan pola kepemimpinan yang berbeda, Camat Abu juga senantiada hadir di tengah masyarakat, tak hanya untuk kegiatan formil pemerintahan pun untuk melayat jika ada warga yang meninggal dunia, menghadiri pesta pernikahan bahkan untuk pelantikan RT dan RW.
“Pak Camat, bageur namget,” kata ketua LPM Kelurahan Leuwinanggung, Didin Sutisna saat disinggung menyangkut H Abdul Mutolib.
Dalam banyak kesempatan, Pak Abu, demikian dia biasa disapa pun terjun langsung dalam memberikan arahan kepada warganya. Diantaranya hadir langsung di tengah kafilah Kecamatan Tapos saat mengikuti MTQ Kota Depok dan hasilnya, Kecamatan Tapos meraih predikdet cum laude.
Pada sektor PBB, jangan ditanya lagi, Kecamatan Tapos menjadi juara umum dengan torehan 129 persen. Ini tentunya sangat jauh dibandingkan dengan kecamatan lainnya bahkan ada yang masih di bawah 70 persen.
Terkait hal ini, Abdul Mutolib mengatakan, jika warga ingin mendapatkan perhatian dan apresiasi yang lebih, tentunya hak dan tanggung jawab itu berbanding sama.
“Kita jangan hanya menuntut hak, namun melupakan tanggungjawab,” ucapnya.
Saat ini, Abdul Mutolib sedang melaksanakan revitalisasi produk unggulan yang ada di semua penjuru Kecamatan Tapos. Harapan Walikota yang telah dituangkan dalam bentuk sebuah program kerja berupa One Village One Produc menjadi acuan yang harus dituntaskannya.
“Jika saat ini, Kelurahan Jatijajar telah leading dengan olahan kuliner kimpul dan batik, nah tentu enam kelurahan lain harus melakukan hal serupa,” ucapnya. (Teddy G Chaniago)