MENYEBUT nama karambit, mungkin akan membuat kening kita berkerut. Sebab tak banyak diantara kita, terutama yang tinggal di perantauan yang melihat atau mungkin malah mengenal nama yang satu ini.
Padahal, karambit sudah kesohor sejak zaman baheula sebagai sebuah senjata khas Tanah Minang yang mematikan. Sekilas terlihat seperti senjata rahasia milik Ninja di Jepang.
Meski sama-sama mematikan, berbeda dengan sejata rahasia lainnya yang hanya terbuat dari satu jenis bahan saja, maka karambit terlihat lebih istimewa.
Dimana, senjata seukuran telapak tangan ini terbuat dari tujuh logam campuran yang diaduk menyerupai cara pembuatan pisau atau golok.
“Kalau di Ranahminang, sistem pencampuran tujuh logam mulia yang terdiri dari besi, kuningan, tembaga, emas, perak, batu meteor dan besi putih itu diolah di atas api yang menyala atau diapa, sehingga benar-benar bercampur secara sempurna,” jelas Mak Datuak Edwel pula.
Ketujuh bahan yang menyatu dalam karambit tersebut, kata Maka Datuak diyakini bisa menjebol kekuatan orang – orang yang mempunyai ilmu kebal. Sementara tangkainya dibuat agak bulat mengikuti tekstur tangan agar tak lepas saat digunakan.
“Dan satu sifat dari karambit ini adalah japuik tabao, artinya tak ada pertarungan yang tak selesai saat karambit telah dipergunakan,” imbuhnya.
Ya, tak salah. karambit adalah senjata rahasia yang selalu menemani perjalanan pendekar-pendekar Ranahminang. karambit dan keris, berjalan bersisian di tempat strategis yang diselipkan di tubuh pendekar, sehingga tak terlihat dari luar.
Karambit memang sangat dekat dengan Silek Harimau, selain karena bentuknya yang menyerupai cakar harimau, pun sangat pas jika dipadu padankan dengan keindahan seni Silek Harimau itu sendiri.
“Sayangnya, karambit sekarang mulai banyak ditinggalkan. Jika kita tak secepatnya mengenalkan karambit ini kepada generasi muda, saya khawatir senjata ini akan diklaim negara lain sebagai warisan mereka,” kata guru besar Silek Harimau, Angku Edwel Yusri Dt Rajo Gampo Alam.
Dalam banyak kesempatan, Mak Datuak, demikian beliau biasa disapa, selalu berbicara tentang Silek Harimau dan Karambit yang menurutnya bak dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan sama sekali.
Keresahan Mak Datuak tersebut, ditangkap langsung oleh ketua Ikatan Keluarga Minang (IKM) Jagakarsa, Khairul Sikumbang. Melalui bidang kepemudaan, seni dan budaya, Silek Hariamu dijadikan sebuah kegiatan andalan yang diselenggarakan dua kali dalam seminggu.
“Alhamdulillah, bertempat di Sanggar De Batavia, latihan Silek Harimau dilaksanakan dua kali dalam seminggu yaitu Hari Senin dan Jumat malam selepas magrib yang didahului dengan pengajian agama berbahasa Minang dan Salat Magrib berjamaah,” jelasnya.
Keresahan dan kekhawatiran akan hilangnya seni beladiri Silek Harimau dan Karambit, tak lepas dari perhatian Sang ketua.
Khairul turun langsung mengawasi pelaksanaan latihan Silek Harimau sejak awal hingga kegiatan itu selesai. Malah, Khairul juga nembuka diskusi pasca latihan tentang banyak hal. Mulai dari seni Silek Harimau, Karambit, Organisasi dan lain sebagainya. (ted)