BuliranNews, PARIS – Otoritas kesehatan Prancis menyarankan agar warga dengan usia di bawah 30 tahun tidak menggunakan vaksin Covid-19 Moderna.
Langkah itu diambil setelah sebuah penelitian mengonfirmasi adanya sedikit risiko peradangan jantung terkait dengan vaksin berbasis mRNA tersebut.
Studi dari Epi-Phare, kelompok penelitian keamanan obat-obatan independen yang bekerja sama dengan pemerintah Prancis, mengonfirmasi temuan sebelumnya.
Mereka meneliti semua orang di Prancis berusia 12 hingga 50 yang dirawat di rumah sakit karena miokarditis (radang otot jantung) atau perikarditis (radang jaringan di sekitar jantung) antara 15 Mei dan 31 Agustus 2021.
Hasil menunjukkan bahwa vaksin berbasis mRNA dari Pfizer dan Moderna meningkatkan risiko penyakit ini dalam tujuh hari setelah vaksinasi.
Risikonya, meski rendah, lebih tinggi pada pria di bawah 30 tahun dan terutama setelah dosis kedua vaksin Moderna. Menurut penelitian vaksin ini mungkin bertanggung jawab atas sekitar 132 kasus miokarditis per juta dosis yang diberikan.
Untuk Pfizer hasilnya hampir 80% lebih rendah, dengan jumlah diperkirakan 27 kasus per juta dosis.
Sementara pada wanita di bawah 30 tahun, Moderna mungkin menyebabkan 37 kasus miokarditis per juta dosis. Risiko perikarditis juga lebih besar setelah dosis kedua Moderna pada orang di bawah 30 tahun, dengan 18 kasus per juta dosis diberikan pada pria muda.
Meski begitu tidak ada kematian di antara pasien yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit ini setelah vaksinasi.
Selain Prancis, AS juga menunda persetujuan suntikan Moderna untuk kaum muda, meskipun minggu lalu mereka merekomendasikan penggunaan vaksin Pfizer untuk anak-anak usia lima hingga 11 tahun setelah meninjau risiko miokarditis.
Ahli jantung anak Matthew Oster mengaku “jauh lebih khawatir” tentang risiko Covid bagi kaum muda daripada risiko yang ditimbulkan oleh vaksin.
Mahmoud Zureik, yang mengepalai Epi-Phare, menggemakan sentimen tersebut. “Ketika Anda mengukur efektivitas vaksin terhadap kasus Covid-19 yang parah terhadap risiko yang ada tetapi jarang, nilai vaksin tidak diragukan lagi,” katanya kepada AFP. (*/tfa)